Lingkaran Itu tak Bersudut

Kamis, 20 Januari 2011

Negeri Tangan Tuhan


Sorot mata malaikat-malaikat seakan tidak sabar lagi untuk melihat sebuah negeri yang terkabar akan tercipta langsung dari Tangan Tuhan. Istimewa. Tentu saja. Mengingat negeri-negeri lainya tercipta dari perwakilan Tuhan melalui malaikatNya yang senantiasa bertasbih memujiNya. Tak terkira. Beribu malaikat merasakan rasa tidak sabarnya untuk melihat keistimewaan negeri itu. Cahaya memancar dari mata mereka mengalahkan terangnya pancaran sinar matahari yang terpilih sebagai planet yang akan “berkuasa” pada kehidupan bumi. Untuk sementara Tuhan memerintahkan matahari untuk tidak mengeluarkan engeri panas-cahanya. Perlahan, hampir semua malaikat mengarahkan pandanganya ke bumi, ke sebuah tempat yang Tuhan katakan sebagai negeri pilihan.
Kun fa yakun...jadilah
Cukup sekejap, belum ada sekejap mata. Tuhan pun telah memerintahkan malaikat untuk melihat negeri tersebut. Mereka tidak heran dengan keajaiban itu, mereka hanya terus menambah frekuensi tasbih mereka. Tidak seperti manusia bodoh yang melongo,kosong, terkagum-kagum secara berlebihan. Kekaguman mereka terlihat elegan dengan tasbih mereka yang terus mengema disaentro jagat raya. Pandangan mereka pun terlihat serius untuk melihat negeri Tangan Tuhan.
Tasbih masih terus mengema. Beribu malakait saling pandang satu sama lain. Tiada suara tanya, tiada suara berhenti mengumandangkan tasbih.
Tuhan menjawab tanya mereka yang tersembunyi
“Bukan.Itu bukan negeri tempat waliKu kelak akan lahir. Negeri para waliKu lahir bukan negeri yang gemah limpah loh jinawi. Aku hendak mengajari mereka hidup tangguh dengan kegersangan. Aku lebihkan negeri itu sebagai tempat waliKu, yang kelak akan menjadi tuan rumah dari tamu-tamuKu sependuduk bumi. Aku lebihkan pula hasil dari perut bumi. Selebihnya kegersangan yang menaungi. Lihatlah, aku melebihkan sesuatu yang Aku kehendaki, dan Aku memperhitungkan semua secara adil.
Kehidupan manusia pun dimulai.Negeri tangan Tuhan menjadi sorotan malaikat kedua setelah tempat-tempat suci yang Tuhan janjikan. Kehidupan terus berjalan, hingga pada akhir Rasul Alloh sebagai penutup serangkaian nabi dan Rasul yang di beri amanah untuk menyampaikan firmanNyA.
Negeri Tangan Tuhan, terlihat mulai menampakan istimewanya. Manusia-manusia dari penjuru bumi berdatangan, hingga berbondong-bondong berlabuh dengan kapal besar di dermaga negeri Tangan Tuhan. Mengangakat hasil bumi yang tidak tumbuh di tempat negeri lain, begitu bermacam-macam. Hingga MalaikatNya sibuk bertanya tentang nama-nama benda itu. Malaikat-malaikatNya terus menggumamkan tasbih, berdecak kagum secara elegan dengan cara mereka memuji kebesaran Alloh.
Pelabuhan besar negeri Tangan Tuhan semakin ramai di kunjungi. Para tabi’in,wali Alloh pun mulai berdatangan ke negeri tangan Tuhan. Menyebarkan agama Alloh yang belum sampai pada mereka. Malaikat-malaikatNya terus bertasbih, mengekang rasa tidak sabar mereka untuk melihat reaksi penduduk negeri Tangan Tuhan yang ternyata tidak jauh dari para kaum quraisy –menyembah berhala. Apakah masih perlu nabi lagi jika keadaannya begitu? Para MalaikatNya berdoa semoga para wali Alloh, para tabi’in yang hendak menyebarkan agama Alloh di beri kekuataan selayaknya para nabi.
Ajaib. Malaikat-malaikatNya seolah berhenti “bernafas”. Ketika melihat kenyataan yang mereka lihat dari kerajaan langit. Ajaib. Memang Istimewa negeri itu. Penduduk negeri Tangan Tuhan adalah orang-orang yang begitu murah akan senyum, welas asih, terbuka, dan mau menolong mereka meski belum mereka kenal. Tanpa melihat siapa yang mereka tolong, tanpa mudah merasa curiga dengan maksud mereka mengajak berbincang panjang lebar. Dengan senang hati mereka melayani apa yang tamu-tamu itu sampaiakan dan bicarakan. Luar biasa. Malaikat-malaikatNya bertasbih dan berdao dengan penuh syukur akan kebijaksanaan Tuhan seluruh alam.
Negeri Tangan Tuhan pun menjadi negeri yang paling di kenal Malaikat-malaikatNya setelah negeri para nabi dan rasul Alloh.
Begitu hebatnya Tangan Tuhan menciptakan apa yang hendak Dia inginkan. Negeri Tangan Tuhan yang benar-benar gemah limpah loh jinawi. Tongkot, kayu dan batu pun bisa jadi tanaman, kail dan jala pun bisa menjadi sumber penghidupan penduduk saentro jagat. Rempah-rempah yang tidak tumbuh di bumi bagian barat menjadi barang incaran  yang mengiurkan
Kehidupan berjalan dengan kemegahan negeri Tangan Tuhan yang menjalar terkenal di saentro bumi. Tak terkecuali kaum Imperialisme, kolonialisme, materialisme. Yang akhirnya menjajah dengan bangah. Malaikat-malaikatNya merasakan “geram”. Mengutuk tindakan rakus, dzalim kaum tersesat itu. Apa boleh buat, Tuhan memang telah mentakdirkan negeri itu mengalami ujian penjajahan hingga 350 tahun.
. Perkembangan agama Alloh di negeri Tangan Tuhan begitu pesat, dari waktu ke waktu para mualaf mengemakan lafaz tauhid. Perang yang terjadi untuk mengusir penjajah adalah gema takbir yang mampu mengetarkan “hati” malaikat-malaikatNya. Tangisan para ibu yang berdoa memohon kepada Tuhan mampu meyakinkan malaikat untuk turut dalam doa-doa yang terlantunkan. Para Pahlawan mendapat lantunan  nyanyian doa malaikat, seperti seorang ibu yang hendak meyakinkan anaknya untuk mau bersabar akan ketetapan Tuhan.
Negeri Tangan Tuhan, benar-benar menjadi perhatian ke dua setelah negeri-negeri para nabi dan rasul Alloh.
Namun, malaikat-malaikatNya mulai merasakan keanehan-hal yang tidak beres yang dilakukan oleh segelintir penduduk negeri. Semua itu terjadi  menjelang detik-detik 350 tahun. Waktu dimana janji Tuhan untuk negeri Tangan Tuhan terlepas dari penjajahan.
 Seiring waktu berjalan, penyimpangan semakin terlihat. Para pemimpin negeri Tangan Tuhan dan segilintir orang berubah menjadi makhluk yang haus akan kekuasaan, kemegahan dunia, kerkusan yang menghalalkan segala cara. Malaikat-malaikatNya bisa melihat dari perubahan tampilan mereka. Hidung mereka memanjang, tumbuh taring tajam selayaknya Harimau hutan yang ganas, kulit mereka memerah, otot mereka menyembul seperti hendak merobek kulit, kuku-kuku mereka tumbuh memanjang tajam,lebih menakutkan lagi, mata mereka  ganas bak api pijar tertanam melingkupi bola mata. Namun satu hal yang tampak mempesono dari mereka : bibir. Ya bibir dari mereka berkilau dengan tutur kata yang membuat siapapun bakal terpana dan percaya.
Apa yang terjadi? Malaikat-malaikatNya bertanya-tanya. Tuhan belum juga memberi jawaban.
Waktu demi waktu makhluk mengerikan itu semakin banyak tumbuh di negeri Tangan Tuhan. Penduduk negeri Tangan Tuhan yang bodoh, tertipu sudah.
Malaikat-malaikatNya bertanya-tanya lagi. Tuhan pun belum juga memberi jawaban.
Semakin memprihatinkan. Penduduk Tangan Tuhan seperti tikus yang mati di lumbung padi,seperti semut yang mati dalam gunung gula. Hasil bumi negeri seperti bungkus permen yang hanya di ambil isinya. Sampah sepertinya cukup untuk menyumpal perut para penduduknya.
Para penguasa dan pemimpinya hanya diam saja. Bibirnya akan bersuara tatkala penduduk menanyakan di mana hasil buminya.
“Untuk membangun negeri ini dong” itu jawab mereka
 lebih lantang lagi suaranya akan mengema tatkala ingin mencalonkan diri menjadi penguasa.
“Saudara-saudara. Pilihlah saya!. Coba apa kurang dari saya ini?. Jujur.Amanah.Terpercaya.Mengabdi pada rakyat.Percayalah saudara-saudara. Dengan memilih saya maka kalian telah memilih jalan yang lurus. Selurus jalan tol yang mulus bebas hambatan.Jadilah orang yang beruntung dengan berada di jalan yang lurus.
Ketika ditanya penduduknya lagi mana bukti membangun negeri jika jalan masih ber-kerikil tajam bak duri, dimana bukti jika penduduknya menjadi buruh di rumah sendiri?
“Tenang Saudara-saudara. Sebentar lagi, Sabar. Orang sabar itu disayang oleh Tuhan”
Terus begitu. Berputar-putar bak mata rantai yang tidak kunjung menemukan akhirnya. Seperti lingkaran yang tidak bersudut.Penduduk negeri Tangan Tuhan merasa bosan dipermainkan. Penjarahan menjadi ujung kemarahan mereka. Kerusuhan menjadi pelampiasan kekesalan mereka. Kemiskinan, kebodohan menjadi permasalahan yang mengerikan. Tidak itu saja, keimanan terancam terbeli untuk sesuap nasi.Suara reformasi mengema menghentakan seluruh negeri.
Malaikat-malaikatNya bergedik ngeri menyaksikan perjalanan negeri Tangan Tuhan yang kian waktu menyedihkan. 
Peduduknya tak jauh lebih mengerikan lagi. Mereka berpendapat soal kebenaran hanya berdasarkan kenikmatan mereka semata, berdasarkan apa yang menurut mereka benar, bahkan menjadi kebenaran umum tatkala mayoritas terjadi anggukan universal. Mudah sekali mengatas namakan sesuatu untuk menutupi kenikmatan yang hendak mereka rasakan. Atas nama seni misalnya, mereka berpendapat bahwa keindahan adalah sesuatu yang tidak perlu di tutupi. Atas nama hiburan mereka lupa bahwa malam adalah selimut untuk beristirahat, siang adalah waktu untuk mu mencari nafkah. atas nama segala macam, hingga malaikat-malaikatNya benar-benar semakin merasa heran dengan makhluk bernama manusia. Ada-ada saja ulah mereka.
Wahai Tuhan yang Maha Agung! Apa yang tengah terjadi dengan negeri TanganMu...
Pemimpinanya membodohi,membohongi rakyatnya sedang rakyat sendiri terlalu bodoh untuk mencari jalan keluar untuk negerinya. Apa yang terjadi dengan negeri TanganMu ya Tuhan
Apakah Engkau tengah menampar langsung, Sehingga negeri itu tak bisa bergedik dari kepurukan?
Wahai Tuhan yang Maha Mulia. Keterpurukan mereka, jauh lebih terpuruk dari negeri bernama Palestina,negeri-negeri lainya yang kini tengah berjuang dalam perlawanan fisik untuk membela agamaMu.
Wahai Tuhan yang Maha Tahu. Kami tidak tahu apa-apa.Kami sekedar berdoa dan berharap. Kami senantiasa patuh kepadaMu, Kami memohon ampun hanya kepadaMu
Hujan turun dari langit. Membasahi tanah negeri Tangan Tuhan. Penduduk negeri Tangan Tuhan mulai was-was. Pasalnya banjir yang belum mampu di temukan solusinya akan mengancam mereka sebentar lagi.
Hujan turun dengan lebat. Lebih lebat dari hari-hari biasanya. Penduduk negeri Tangan Tuhan memasang wajah tegang. Ada yang tidak beres dengan hujan kali itu. Malaikat Penyebar hujan belum juga mendapatkan perintah untuk menghentikan semai ari hujan ke negeri Tangan Tuhan.
Banjir sudah menggenang sampai ke lutut orang dewasa. Sedang hujan belum ada tanda-tanda akan reda. Apa yang terjadi?
Penduduk pun mengungsi. Berbondong-bondong memenuhi jalan.
Malaikat penyabut nyawa telah mendapatkan perintah. Berterbangan mengitari angkasa negeri Tangan Tuhan.
Malaikat-malaikatNya teringat dengan peristiwa besar kisah nabi Nuh dan bahteranya.
Takbir para pahlawan negeri yang dulu pernah bergema terganti dengan jeritan dan suara yang tak bermakna apa-apa.
Rupanya. Inilah negeri di zaman akhir masa yang kisahnya hendak menjadi peringatan terakhir untuk manusia. Apakah sebentar lagi janji Tuhan untuk akhir masa akan segera dibuktikan?
Semua tidak tahu. Sebab Tuhan tidak akan menjawab pertanyaan itu kecuali dengan tanda-tanda yang bisa terbaca oleh manusia-manusia yang masih beriman kepadaNya.
Malaikat-malaikatNya masih terus mengemakan tasbih dan doa.
“Apa sih ruginya kalau manusia itu mau menyembah Alloh dan bertagwa kepada Alloh?”
Masih banyak pertanyaan malaikat menyangkut makhluk bernama manusia yang disebut makhluk paling aneh diantara makhluk ciptaan Alloh lainya.
Ah manusia..manusia

2 komentar:

  1. jelas rugi lah,, kalo taan kepada Allah, manusia ga bisa hidup bebas lagi... mereka harus terkekang dengan aturan2Nya... gimana ga rugi?

    BalasHapus
  2. Mohon kerelaan hatinya untuk memberikan ijin artikel anda untuk saya sisipkan di salah satu post rumah saya... terimakasih sebelumnya...

    BalasHapus