Sambil memuji senja, kukatakan kepadanya.
"Malam akan
segera datang, senja ini menjadi pertanda pergantian yang selalu hadir
membawa kesenduan. Dia seperti pintu gerbang pemisah. Dan setiap
perpisahan menjadi sendu yang paling memilukan. Kukatakan inilah senja,
pembawa sendu.
Kita sebentar lagi akan tertidur lelap. Jika beruntung
kita akan berjumpa lagi dalam mimpi. Dan berharap ketika esok tiba,
kita masih bisa saling bertatap muka.
Menatap hari dan melaluinya
dengan langkah cinta kita masing-masing. Hingga akhirnya kembali lagi
pada senja. Berjumpa malam. Malam yang sering dingin ketika hanya
berteman bantal guling.
Setiap kau menyelimuti tubuhku, kau lantas
mengecup keningku. Selanjutnya aku selalu berdoa agar kemesraan itu
berlanjut hingga aku menjumpai kembali dalam bentuk mimpi.
Mungkin, romantis ini adalah kehangatan cinta kita berdua.
Tak perlu bisa terbang, sebab cinta telah menerbangkan jiwa kita.
Tak perlu bisa punya sirip untuk menyelami lautan, sebab cinta telah menenggelamkan kita di lautan yang dalam.
Dan
tak perlu menunggu bahagia datang untuk tertawa, sebab menunggu membuat
kita jenuh dan melupakan nikmat cinta yang lain. Hingga itulah yang
menyebabkan syukur kita amburadul, cinta kita terlepas dari ketulusan.Kita akan tenggelam dalam kerakusan.Maka nikmat cinta yang mana yang kita dustkan?
Jika
kau meyakini malam . Maka berpeganglah pada gelap malam, sebab
sejatinya gelap hanya punya malam. Tapi ingat, seberkas bulan purnama
kadang muncul untuk menjawab bahwa dunia ini bukan kepastian.
Jika
pun siang yang kau yakini. Maka berpeganglah pada terang siang, sebab
terang hanya punya siang. Tapi ingat, ada kalanya mendung bergelantung
menutupi matahari. Jawaban itu menandakan bahwa kepastian hanya
fatamorgana. Seiring yang kau temui, sesuatu itu banyak kemungkinan
berubah dan tak pasti.
"Maka layaknya perempuan yang begitu mencintai
kelembutan.Dendangkan kepadaku lagu nasehat terbaikmu. Seperti kau tahu,
aku wanita yang lemah tanpa bimbinganmu. Namun jangan kau rendahkan aku
dengan kekuatanmu, sebab disitulah dosa besarmu sebagai seorang
lelaki".
Terdengar tawa kecilmu, tatapanmu tak mengarah
padaku.Memandang lurus kedepan, sejauh mata memandangi sileut senja. Kau
menertawakan hal yang lain. Dan itu berarti kau...............
"Kau tak mendengarkan semua kata-kataku?"
Wajahmu
menoleh ke arahku, tubuh ini yang berdiri di sampingmu. Mataku menatap
seraut air wajahmu. Sungguh begitu mencerahkan, mendamaikan qalbuku. Dia
pangeranku, dia telah menampati sisi relung hatiku. Aku mengaguminya.
Setelah itu aku mendengar kata-katamu
"Tertawaku
bukan berarti tidak mendengar kata-katamu.Mungkin tidak tepat ketika
aku harus menjawab kata-kata romantismu dengan tawa kecilku. Sejujurnya
aku tak tahu lagi, harus berbuat apa untuk menandakan bahwa aku begitu
menikmati sajian kata-katamu. Tertawa menjadi pilihanku ketika aku
berfikir jika itu tidaklah menyakitkan. Jika pun itu membuatmu sakit,
maka ku mohonkan maaf untuk hal itu. Kau tau sendiri, aku bukan pujangga
yang mampu untuk meramu kata-kata. Beginilah aku, cara mencintaimu apa
adanya diriku.Biarkan kupu-kupu terbang dengan sayapnya, jangan kau
paksakan katak yang melompat untuk bisa terbang layaknya burung. Biarkan
semua berjalan sesuai kodratNya. Seperti halnya ketika kau lelah,
jangan kau paksaan untuk berjalan jika masih ada kesempatan untuk
berhenti sejenak. Memaksakan sesuatu yang bukan kemampuan kita hanya
akan menjerat kita dalam kebodohan, karena kita tidak menysukuri
kemampuan yang telah Tuhan titipkan pada kita.Sebodoh-bodohnya orang
adalah dia yang tak tahu diri, yang tak mampu mensyukuri. Tentunya kau
tak rela jika aku masuk golongn orang seperti itu. Begitu pun aku
sebaliknya, aku tak mau kau begitu. Sekarang kita berdua dalam satu,
tapi tak bisa dipungkiri tanggung jawab kita berada dalam pundak
masing-masing. Jadi, biarkan cinta yang ada pada diriku adalah
membantumu meyelesaikan sebaik-baiknya tanggung jawabmu, begitupun
sebaliknya. Cinta ini adalah untuk saling tolong menolong dalam
kebaikan, sejatinya jika ia dipergunakan untuk keburukan maka itu bukan
cinta tapi nista. Sungguh aku ingin mencintaimu dalam kebaikan sebab aku
tak ingin menyiakan rasa cinta ini menjadi nista bagi kita berdua".
Waktu tak mampu aku tahan sebentar saja. Senja akan segera berakhir.
Dialog senja akan memahat tanda titik untuk berhenti.
Dialog senja akan memahat tanda titik untuk berhenti.
Kau
berdiri, Membersihkan debu yang menempel di celana dan bajumu. Kemudian menjulurkan tanganmu kearahku. Itu artinya kau
meminta ku untuk segera beranjak di tempat itu. Baiklah. Aku menggengam
tanganmu, kupegang erat seraya beranjak berdiri.
Kita melangkah
menyusuri setapak jalan, diiringi suara azan maghrib yang
mengema dari Surau kampung tengah.Tanganku semakin erat memegang lenganmu, karena sebentar lagi
akan terpisah sesaat dalam barisan shaff yang rapi dan kokoh.
"
<photo id="1" />
Tidak ada komentar:
Posting Komentar