Lingkaran Itu tak Bersudut

Sabtu, 25 Mei 2013

Dialog Senja

Sambil memuji senja, kukatakan kepadanya.

"Malam akan segera datang, senja ini menjadi pertanda pergantian yang selalu hadir membawa kesenduan. Dia seperti pintu gerbang pemisah. Dan setiap perpisahan menjadi sendu yang paling memilukan. Kukatakan inilah senja, pembawa sendu.
Kita sebentar lagi akan tertidur lelap. Jika beruntung kita akan berjumpa lagi dalam mimpi. Dan berharap ketika esok tiba, kita masih bisa saling bertatap muka.
Menatap hari dan melaluinya dengan langkah cinta kita masing-masing. Hingga akhirnya kembali lagi pada senja. Berjumpa malam. Malam yang sering dingin ketika hanya berteman bantal guling.
Setiap kau menyelimuti tubuhku, kau lantas mengecup keningku. Selanjutnya aku selalu berdoa agar kemesraan itu berlanjut hingga aku menjumpai kembali dalam bentuk mimpi.
Mungkin, romantis ini adalah kehangatan cinta kita berdua.
Tak perlu bisa  terbang, sebab cinta telah menerbangkan jiwa kita.
Tak perlu bisa punya sirip untuk menyelami lautan, sebab cinta telah menenggelamkan kita di lautan yang dalam.
Dan tak perlu menunggu bahagia datang untuk tertawa, sebab menunggu membuat kita jenuh dan melupakan nikmat cinta yang lain. Hingga itulah yang menyebabkan syukur kita amburadul, cinta kita terlepas dari ketulusan.Kita akan tenggelam dalam kerakusan.Maka nikmat cinta yang mana yang kita dustkan?
Jika kau meyakini malam . Maka berpeganglah pada gelap malam, sebab sejatinya gelap hanya punya malam. Tapi ingat, seberkas bulan purnama kadang muncul untuk menjawab bahwa dunia ini bukan kepastian.
Jika pun siang yang kau yakini. Maka berpeganglah pada terang siang, sebab terang hanya punya siang. Tapi ingat, ada kalanya mendung bergelantung menutupi matahari. Jawaban itu menandakan bahwa kepastian hanya fatamorgana. Seiring yang kau temui, sesuatu itu banyak kemungkinan berubah dan tak pasti.
"Maka layaknya perempuan yang begitu mencintai kelembutan.Dendangkan kepadaku lagu nasehat terbaikmu. Seperti kau tahu, aku wanita yang lemah tanpa bimbinganmu. Namun jangan kau rendahkan aku dengan kekuatanmu, sebab disitulah dosa besarmu sebagai seorang lelaki".
Terdengar tawa kecilmu, tatapanmu tak mengarah padaku.Memandang lurus kedepan, sejauh mata memandangi sileut senja. Kau menertawakan hal yang lain. Dan itu berarti kau...............
"Kau tak mendengarkan semua kata-kataku?"
Wajahmu menoleh ke arahku, tubuh ini yang berdiri di sampingmu. Mataku menatap seraut air wajahmu. Sungguh begitu mencerahkan, mendamaikan qalbuku. Dia pangeranku, dia telah menampati sisi relung hatiku. Aku mengaguminya.
Setelah itu aku mendengar kata-katamu
"Tertawaku bukan berarti tidak mendengar kata-katamu.Mungkin tidak tepat  ketika aku harus menjawab kata-kata romantismu dengan tawa kecilku. Sejujurnya aku tak tahu lagi, harus berbuat apa untuk menandakan bahwa aku begitu menikmati sajian kata-katamu. Tertawa menjadi pilihanku ketika aku berfikir jika itu tidaklah menyakitkan. Jika pun itu membuatmu sakit, maka ku mohonkan maaf untuk hal itu. Kau tau sendiri, aku bukan pujangga yang mampu untuk meramu kata-kata. Beginilah aku, cara mencintaimu apa adanya diriku.Biarkan kupu-kupu terbang dengan sayapnya, jangan kau paksakan katak yang melompat untuk bisa terbang layaknya burung. Biarkan semua berjalan sesuai kodratNya. Seperti halnya ketika kau lelah, jangan kau paksaan untuk berjalan jika masih ada kesempatan untuk berhenti sejenak. Memaksakan sesuatu yang bukan kemampuan kita hanya akan menjerat kita dalam kebodohan, karena kita tidak menysukuri kemampuan yang telah Tuhan titipkan pada kita.Sebodoh-bodohnya orang adalah dia yang tak tahu diri, yang tak mampu mensyukuri. Tentunya kau tak rela jika aku masuk golongn orang seperti itu. Begitu pun aku sebaliknya, aku tak mau kau begitu. Sekarang kita berdua dalam satu, tapi tak bisa dipungkiri tanggung jawab kita berada dalam pundak masing-masing. Jadi, biarkan cinta yang ada pada diriku adalah membantumu meyelesaikan sebaik-baiknya tanggung jawabmu, begitupun sebaliknya. Cinta ini adalah untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, sejatinya jika ia dipergunakan untuk keburukan maka itu bukan cinta tapi nista. Sungguh aku ingin mencintaimu dalam kebaikan sebab aku tak ingin menyiakan rasa cinta ini menjadi nista bagi kita berdua".
Waktu tak mampu aku tahan sebentar saja. Senja akan segera berakhir.
Dialog senja akan memahat tanda titik untuk berhenti.
Kau berdiri, Membersihkan debu yang menempel di celana dan bajumu. Kemudian menjulurkan tanganmu kearahku. Itu artinya kau meminta ku untuk segera beranjak di tempat itu. Baiklah. Aku menggengam tanganmu, kupegang erat seraya beranjak berdiri.
Kita melangkah menyusuri setapak jalan, diiringi suara azan maghrib yang mengema dari Surau kampung tengah.Tanganku semakin erat memegang lenganmu, karena sebentar lagi akan terpisah sesaat dalam barisan shaff yang rapi dan kokoh.



"

<photo id="1" />

Tidak ada komentar:

Posting Komentar