Lingkaran Itu tak Bersudut

Minggu, 16 Januari 2011

Belajar dari Keterpurukan Jepang

                   Bumi masih berputar tatkala Amerika dengan angkuhnya mengebom atom kota Nagasaki dan Hiroshima di Jepang. Namun alam sontak seperti berhenti demi menghela nafas panjang karena rasa tak percaya Amerika begitu tega melakukanya. Kota Hiroshima dan Nagasaki seketika lumpuh total. Korban meninggal pun mencapai jutaan hingga efek radiasi bom atom yang menganggu kesehatan. Bayangkan, butuh 50 tahun menurut penelitian untuk mengusir radiasi elektromangentik bom. Dan vonis itu seolah bisa melemahkan siapa saja yang mendengarnya, penduduk yang selamat pun hendak mengungsi karena hal itu. Namun kenyataan membuat Jepang membuktikan bahwa penduduknya memang kuat dan giat. Dengan vonis 50 tahun untuk bisa menyerap radiasi efek bom atom ternyata hanya disingkat dengan 5 tahun saja, tatkala Jepang berhasil menemukan alat penghisap radiasi efek bom atom yang modern. 
             Perlahan, Jepang bangkit dari keterpurukanya. Hal yang menjadi acuan Jepang adalah mengumpulkan guru-guru untuk membangun sekolah,mendidik anak-anak Jepang. Roda kehidupan seolah segara diputar dengan gerakan cepat oleh tangan-tangan penduduk Jepang. Rasa perih, sakit, takut ketika pengeboman membuat mereka terpicu untuk segera lepas dari belengu itu. Mereka seolah tersadarkan langsung oleh bisikan Tuhan, yang memotivasi mereka untuk bangkit dengan kerja keras dan giat. 
                Kini, Jepang menjelma menjadi negara yang tak mudah untuk diremehkan, perkembangan ekonomi Jepang kini mampu mengasak perlahan ekonomi Amerika. Bangsa yang dahalu pernah bertindak angkuh dan kejam dengan memporak-porandakan kota Nagasaki dan Hiroshima. Mobil-otomotif Jepang kini tak dinanya mampu merajai di Amerika. Sedangkan produsen Amerika sendiri perlahan mengurangi produksi hingga gulung tikar tak mampu dihindari lagi tatkala barang buatan Jepang lebih sip baik dari kualitas  dan harganya.
             Jika kita mau belajar dari kejadian itu, apa sebenarnya yang membuat Jepang mampu sehebat itu dengan sejarah kekalahan yang menyakitkan, dengan sejarah yang memprihatinkan, dengan sejarah yang tak bisa terlupakan. Kalau kita berkata mereka adalah kaum pilihan Tuhan, maka apakah kita bukan pilihan Tuhan hingga kita ada dibumi ini? kita tentunya pilihan setelah mampu mengalahan berjuta sperma yang hendak membuahi indung telur..kita sudah termasuk pilihan. Terus apa yang membuat penduduk Jepang kini bisa dikatakan sebagai penduduk yang berhasil keluar dari belenggu kegagalan? apa istimewanya mereka jika kita sama-sama memiliki modal yang sama mereka miliki dari Tuhan?

               Kita sering berfikir pragmatis, dan kita sering berfikir "Luwehlis" sehingga kita mudah menyerah dengan takdir, kita malas untuk mau mengambil hikmah dari suatu kejadian.
Apa yang terjadi pada Jepang, seharusnya mengajarkan kita banyak hal. Jika kita mau mengatakan "start" awal mengembangkan negara dimulai tahun 1945. Tahun dimana kita menyatakan merdeka, dan tahun dimana Jepang kehilangan potensi kota Nagasaki dan Hiroshima. Kita memulai tahun itu dengan start awal kemerdeakan sedang Jepang adalah penderitaan. Apa yang salah? ada yang salah dengan semua ini? jika sampai waktu ini, negeri kita bukanya ada kebanggan untuk menjujung tinggi harkat dan martabat, justru semakin tak menentu arah tujuan kemana negeri ini akan berakhir.
Kita memang bukan orang Jepang, dan Jepang tetaplah sebagai Jepang, Sedangkan Indonesia tetaplah negeri Indonesia yang kaya akan potensi alam.
                   Tapi apakah Jepang tetaplah berjaya sedang Indonesia tetaplah semakin menderita? itu hal yang konyol, jika kita menetapkan negeri ini sebagai negeri "bonsai". Pembandingan ini memang tidak sesuai, tapi tentu kita tak ingin negeri ini tetap begini terus tanpa ada perubahan. Yang menjadi hal penting adalah, kita seharusnya tahu jika kita sebenarnya belum berkembang, Jepang perlahan telah memekarkan kuncup bunganya, sedangkan kita belum. Dan pertanyaannya sampai kapan kita bisa memekarkan kuncup bunga kita, sedangkan sebentar lagi kuncup bunga kita layu termakan oleh kebiasaan tangan kita yang enggan menyirami. Kita mesti belajar dari Jepang, bukan menuntut harus meniru persis cara berkembang  alaJepang yang seolah telah ditentukan oleh alam. Kita telah diberikan karunia sendiri untuk mengembangkan ala Indonesia, ala bangsa keturunan melayu.
Jepang bangkit tanpa perlu menjual asset yang berharga.Namun Presiden Megawati membenarkan dirinya menjual Indosat karena alasan keterpurukan ekonomi pada tahun 2002.

              Dan bumi masih berputar, ketika negeri dengan tongkat kayu dan batu bisa jadi tanaman ini masih ada penduduk yang kelaparan. Bumi masih berputar tatkala pemimpin negeri ini lalai denga amanahnya.Negeri ini masih perlu banyak pembenahan, perlahan, satu-persatu., dan mampu menemukan akar permasalahan Jika  keadaan buruk ini seperti sejarah Jepang yang terpuruk oleh pengeboman Nagasaki dan Hiroshima,maka kita punya waktu 60 tahun untuk bisa berkembang, mengangkasa hinga me-luar angkasa. Semoga yang hidup dimasa sekarang kelak masih diberi umur panjang untuk bisa menyaksikan keberhasilan anak cucunya. Namun jika keadaan buruk ini seperti tak berarti ,seperti apa dan negera mana yang telah berhasil mengembangkan diri. Maka 60 tahun kedepan, tak perlu sakit hati untuk mengucapkan selamat tinggal ibu pertiwi, negeri loh jinawi Indonesia yang hancur karena kebodohan penduduknya sendiri. iRONIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar