Lingkaran Itu tak Bersudut

Kamis, 07 Februari 2013

Mari bersenang-senang


 Mari Kita Bersenang-senang dengan Senyum Seorang Beriman
Oh, betapa dunia ini memerlukan senyuman seorang beriman.
Warna pelangi di masa mendung badai
Sentuhan kepolosan di bidang yang kasar
Tindakan yang bijak saat kita terhimpat beban
Pertolongan sendu ketika hati kita berat
Cahaya harapan untuk meniup habis awan hitam
Antusiasme dan energy untuk memulai lagi
Kreativitas dan pesona untuk mewarnai hari yang kelabu
Senyuman seorang beriman berayun-ayun pada sebuah bintang, membawa pulang sinar bulan di dalam guci. Senyuman seorang beriman yang khas emosional dan demonstrative, mereka membuat pekerjaan jadi menyenangkan dan mereka senang bersama orang lain. Senyum seorang beriman melihat kesenangan dalam setiap lapangan pengalaman dan mengulangi rasa setiap kesempatan dalam pengulangan yang lebih berwarna-warnai. Senyum seroang beriman begitu optimis melangkah.
Senyum seorang beriman begitu menghargai keindahan. Ia akan melihat kejadian apapun dalam bentuk pengharapan yang terbaik. Senyum seorang beriman akan memaknai senyumnya sebagai wujud syukur untuk bisa menghargai anugerah kehidupan, baginya syukur adalah mampu memahami, dan melepaskan beban tuntutan egoisme dirinya. Oohhh, betapa kita memerlukan senyum seorang beriman agar kita tidak terlalu berat membawa beban kehidupan.
Senyum seorang beriman adalalah kharisma alami yang mampu menarik orang pada mereka. Pancaranya sealami sinar matahari untuk menerangi siang. Harumnya sealami bunga yang tengah mekar. Ia adalah pancaran sinar dan semerbak keharuman, darinya kita akan bersenang-senang menyelamai kepribadian jiwanya, mengetahui upaya pembersihan jiwanya dalam setiap waktu. Dan merasakan kedamaian dan bersih jiwanya sebagai seorang hamba…ahhhh, senyum seorang beriman…..

Mari kita nikmati ini dengan damai orang beriman.
Oh, betapa kita memerlukan damai orang beriman
Kestabilan tetap berada di atas jalur
Kesabaran untuk menghadapi provokator
Kemampuan untuk mendengarkan, sementara orang lain berbicara
Kemampuan focus beribadah, menyirami jiwanya dengan kedamaian dari Sang Pencipta
Tujuan damai adalah harga tertinggi yang tak bisa terbeli dengan apapun
              Tekad kuat tetap tenang, meski lingkungan sekitar mengodanya dengan kebingungan-
              kebingungan  hidup.
Kecerdasaan dengan menggunakan suatu cara yang mana musuh pun tidak bisa menemukan hal                        yang buruk untuk dikatakan.
Kedamaian sepenting sinar matahari untuk kehidupan, seperti air untuk sebuah kedehagaan. Awan putih berarak yang dipayungi langit biru yang cerah, singgah di pohon rindang, kipas dari angin sepoi. Kenikmataan itu ada pada damai orang beriman, tergambar di sana, menceritakan bagaimana menghadapi siang terik dengan berteduh di bawah pohon rindang, dengan iringan angin yang berhembus perlahan.
Damai orang beriman seperti bantalan untuk emosi-emosi yang bergemuruh, badai yang menerjang, ombak yang menghantam karang. Meredakan rencana-rencana gila orang-orang lalai dan tak tahu diri. Memayungi, menyejukan, menengahi bagi keadaan yang tidak memilki tujuan kedamaian. Kenikmataan dengan damai orang beriman, bisa kita perumpamakan ketika kita mendapatkan tempat untuk berteduh dari panas dan hujan.
Damai orang beriman tidak mudah mencari penghargaan, namun ia akan diam-diam mempersiapkan diri untuk bertindak lebih baik.


Jumat, 01 Februari 2013

Pintu (Draf)

Pintu itu tidak terkunci, atau bahkan tertutup ketika dia mengetuknya.Dengan  sekali tiup saja, pintu itu mudah sekali untuk terbuka selebar-lebarnya.Kau yang tengah melihat hal itu, bisa kau lakukan dengan mencoba masuk ke dalam ruangan ini. Pintu yang terbuat dari kayu jati kualitas no satu memang sangat diragukan dengan beban ringanya, tapi hal itu sungguh terjadi. Pintu itu seolah  terbuat dari kayu paling lapuk yang pernah ada di bumi ini.Pintu tak berpintu, begitu aku sering kali menyebutnya. Seruas kayu itu seolah hanya tameng untuk sebuah status, PINTU untuk sebuah ruangan yang tengah ku singgahi kali ini.