Lingkaran Itu tak Bersudut

Minggu, 24 Juni 2012

Tahta Alam

Tempias hujan membasahi semayam tahta yang selalu bercerita tentang kering kerontang. Api tak membara jika sang bahan bakarnya hanya ranting basah. Cerita itu telah disampaikan alam melalui waktu yang tertinggal ke belakang.Berbagai pertanyaan mereka lemparkan pada tahta alam. Hingga mengalirlah berbagai jawaban itu.
Jawaban angin berhembus n, jawaban tanaman di padang rumput

Senin, 18 Juni 2012

Ketetapan

Tatkala aku bermain dengan malam, siang memanggil panasnya matahari. Seruas jalan yang membentangkan ke alpaan dimensi terkuak dalam tajamnya kerikil yang tertanam. Selayang pandang yang lepas karena terurainya benang emas menjadikan mata silau karena cahaya yang tanpa tersaring selaput. Hancurnya tidak berkeping lagi. Bagian yang terkeping telah luluh lantak tidak berwujud lagi. Sisa akhir  hanya debu yang menggigit pori-pori, merasuk dalam jaringan kulit dan hal itu yang membuat banyak manusia mengeluhkan akibat dari padanya.
Malam tak akan pernah berhasil memanggil matahari, meski menyerangnya dengan rayuan mati, pisau belati untuk membuktikan bunuh diri. Malam sungguh tak akan pernah bisa mengusir gelap, meski malam meminta dengan sangat, meski malam terus menangis tersiksa dalam gelap. Malam tak akan pernah bisa membawa terang, meski bulan purnama di sajikan hingga tujuh titik bagian bumi.
Siang, aku bermain dengan terik matahari, dengan deru yang bercampur debu, dengan keringat yang bercampur letih yang teramat. Tapak kaki di atas pasir, seperti menyisakan arang yang terbakar api. Siang terlalu kasar untuk bisa bersaing dengan sore. dan siang tak akan pernah bisa berlaku lemah lembut. Maka pada senjalah aku selalu melabuhkan letihnya diri, menyemamkan sebongkah hati yang kerja hingga titik mati.
Seperti udara, ia tidak memihak pada siapapun. Malam tetaplah ia gelap, meski bulan ikut menjaga. Begitupun siang, ia tetaplah terik, meski matahari terlelap oleh awan mendung.

Ketetapan telah menjelaskan, bahwa siang dan malam adalah cerita pergantian.Bukan semata maksud gelap dan terang, tapi jauh lebih dari itu. Ketetapan ini telah mengajarkan bahwa hidup adalah cerita yang terus di selingi dengan pergantian.

Senin, 04 Juni 2012

Basa-basi

Dalam etika berbicara, kita tidak diajarkan secara formalitas tentang gaya berbasa-basi. Namun secara formalitas pula, manusia menggunakanya dengan berbagai cara dan gaya. Berbasa-basi memang bukanlah kesalahan yang melanggar etika berbicara. Hanya kadang kala berbasa-basi membutuhkan tuntutan untuk berbijaksana dalam penggunaanya. Tidak ada larangan secara hukum untuk berbicara dengan berbasa-basi, namun ada pelanggaran secara moral untuk basa-basi tanpa ada kebijaksanaan si penggunanya. Jadi bagi para pencinta berbicara dengan basa-basi, silakan mengingat apakah sudah mengunakan kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan dalam berbicara antar sesama.Sekiranya, kita memaknai basa-basi dengan suatu maksud yang bertele-tele misalnya, atau barangkali, kita memaknai basa-basi dengan suatu maksud berbicara tanpa memiliki makna yang mendelam.
Jangan sampai, basa-basi kita sekedar busa yang sekedar menyemarakan keadaan tanpa memiliki arti untuk pembicaraan yang telah memakan banyak waktu. Sedang kita tahu,ada banyak kepentingan setiap manusia. Jadi jangan sampai kita "memaksa" secara halus mereka mau mendengerkan basa-basi kita, dan menyebabkan mereka kehilangan waktu yang mereka anggap begitu berharga. Jadi, mengertilah.
Apa yang sebenarnya yang membuat kita tampak bodoh di hadapan orang lain?. jawabanya tak lain karena kita ragu :-). Percaya atau tidak itu urusan anda

isme yang tak karuan

kata puitis mu seperti sambel petis.
Tiada terduga sedikitpun rasa manis yang tersemubunyi di balik bumbu tumis.
Setiap kau katakan kalimat manis, secuil lengkung terlihat di sekitar mulut berkumis.
Dan aku selalu menunggu mu setiap hari senin atau kamis.
Datanglah dengan mobilmu yang bermerk Toyota Yaris
Ikuti jalan bertanda garis.
Jika lewat jalan tol kau tak bisa gratis.
Membayar sejumput uang yang kau simpan di dompet bergambar keris
Jauh berbeda dengan dompet kesayanganmu yang kau beli di Paris
Datanglah dengan menguatkan betis
Berjalanlah dengan optimis
Jangan takut dengan gerimis
Jika sudah kau temui aku di bawah  teritis
Kita berbincang secara romantis
Sambil makan sambel petis
Aku menyukai itu karena akan melihatmu kepedasan hingga menangis
Suka, sangat suka dengan gayamu yang sok borjuis
 

bernama

    Padang yang dahulunya berumput kini tinggal lahan yang kalang kabut. Tak ada rumput bahkan rumput sejumput pun ikut terenggut. Rumput tinggal serabut akar yang tak lebih dari sebiji atom. Cerita itu tinggal lampau yang menjadi cerita bahwa tempat itu adalah tempat berlabuh perut lapar para domba, mengisikan kantong-kantong ususnya dengan rumput yang langsung di santapnya dari tanah. Domba tak pernah mengaum, meski perutnya terlilit lapar. Selamanya domba tak pernah berkicau, meski pun burung di bumi ini telah mati semua. Domba tak akan berubah menjadi singa atau pun burung meski domba tak lagi bernama. Yang bernama menjadi kan namanya tak lekang oleh waktu. Domba tetaplah domba, meski umat manusia setuju mengantinya dengan nama serigala. Begitulah nama menjadi bagian dari hidup untuk sebuah pemahaman.

Selasa, 29 Mei 2012

Seiring berjalanya jiwa yang tenggelam dalam kubangan lumpur emosi. Sudah tak ada lagi kisah, kecuali kepenatan.

Pemilik Segala Urusan

     Wahai penggengam jiwa bertangan Maha Sempurna
Pengikat getar kehidupan yang tak akan pudar
Pengisi kosong
Penyembuh luka
Penghibur hampa yang tak akan sepi
Penakluk hati yang keras
      Hamba ingin berbicara kepada Mu

Wahai pemilik tempat curahan Doa seluruh manusia
Penghimpun seluruh arah
Perengkuh setiap arwah
Penetap hukum setiap akibat
Pengasih seluruh umat
     Hamba ingin menumpahkan keluh kepada Mu

Wahai pemilik kekayaan
Penguasa kehidupan abadi
Pemilik dan pemberi rizky
Penyempurna kekurangaan
Penambah kenikmataan
      Hamba ingin memohon banyak hal kepada Mu
Memohon segala ampunan dengan KasihMu
Memohon petunjuk hidup dengan KepandaianMu
Memohon dimudahkan segala urusan dengan KuasaMu
Memohon anugerah dengan RidhoMu
Memohon rizky dengan KemurahanMu
Memohon karunia dengan KebesaranMu
Memohon anugerah dengan KemulianMu
Memohon kesempatan kebaikan dengan Kuasa PenangguhanMu
Hamba memohon..mohon dengan sangat..memohon kepadaMu
Duh Ya Alloh...Ya Alloh tuhanku, Penciptaku, Pemilik hidup dan matiku.....

     

Senin, 26 Maret 2012

antara pergantian

Setidaknya,  hidup ini telah mengajari kita pergantian. Maka setidaknya kita bisa memahami bahwa hidup ini bukanlah bercerita tentang kisah monotonnya kebahagiaan. Tidak dipungkiri, manusia bekerja keras dengan tujuan utama dan mendasar adalah mencari kebahagiaan. Kebahagiaan sepertinya telah menginspirasi banyak orang untuk berkarya, dan seperti sebuah hukum z: kebahagian menjelma menjadi kebiasaan ukuran menilai arti kehidupan. Namun seharusnya kita tidak melupakan, bahwa hidup ini adalah pergantian. Malam dan siang, lapar dan kenyang, sedih dan suka, muda dan tua, bayi dan dewasa. Pelajaran itu di depan mata kita, setiap hari bahkan setiap detik kita melihatnya. Namun kita sering melupakan, atau justru enggan memahami.
Kehidupan adalah realita, realita lah yang membawa manusia pada fatamorgana. Penyesatan yang paling membuat manusia kebingungan adalah ketika manusia tidak mampu membedakan. Begitulah, sejatinya kehidupan ini penuh pelajaran yang bisa diambil untuk dijadikan dasar pedoman. Menggapai kebahagiaan memang tujuan, tapi kita harus tahu bahwa kebahagian itu tidaklah monoton seputar kebahagian yang menurut pendapat  kita seputer kenikmatan yang lezat semata. Tiada kebahagian tanpa suatu pengorbanan. Dan sebaik-baik pengorbanan adalah ketika kita mampu berbagi dengan sesama. Karena bagaimanapun berbagi adalah kepuasaan yang pada titiknya menjadi muara kebahagian.(Terlepas dari sikap ketamakan akan sanjungan).
Begitulah kita diajarkan.

Sabtu, 17 Maret 2012

Hak dan Kewajiban

        Betapapun banyaknya hak yang kita miliki. Toh pada akhirnya berujung pada banyaknya kewajiban yang harus kita jalani. Hidup adalah hak setiap manusia, tentu saja manusia akan menerima sangksi ketika ia mencabut hak hidup manusia lainya (membunuh misalnya). Jika kita berbicara hak, maka ada kewajiban di sana yang juga harus kita penuhi. Hak ibarat sebuah upah dari kerja keras. Maka kewajiban bisa diartikan sebagai bentuk kerja yang harus dipenuhi untuk bayaran hak pada akhirnya. Menuntut hak adalah bentuk kewajaran yang terjadi di dalam setiap kehidupan manusia, ketika hak itu tidak diperolehnya atau dirampas oleh manusia lainya. Seperti pekerja yang menuntut hak upah gajinya yang tertunda atau bahkan dibawa kabur oleh majikanya. Contoh lainya seperti rakyat yang menuntut pemerintah meminta haknya atas pajak yang telah dibayarkan untuk urusan pembangunan negara yang akhirnya tertunda atau bahkan dikorupsi. Begitulah, permasalahan penuntutan hak adalah permasalahan yang sebenarnya sudah terjadi sejak dahulu.
Namun, bagaimana jadinya jika timbul suatu perkara yang mengatakan tentang penuntutan kewajiban?.
Maka perlu beberapa waktu untuk memahami tentang hal itu.Sepertinya hal itu memang bukan hal yang harus dibicarakan. Ibarat manusia yang menuntut kewajibanya untuk tidak dicabut, atau bahkan di tambahkan lagi. Hal itu terasa aneh dan asing memang di telinga dan fikiran itu. Karena hanya beberapa manusia saja yang kiranya bisa berfikir hingga melakukan hal itu. 
      Tidak hanya manusia yang memiliki hak dan kewajiban atas kehidupanya. Tuhan sendiri pun memiliki hak dan kewajiban atas manusia itu sendiri. Tuhan punya "kewajiban" memelihara seluruh manusia atas kehidupan yang diberikanNya. Begitupun Tuhan, punya hak atas diri manusia untuk disembah, dijalankan segala perintah dan menjauhi laranganNya. Jika kita kaji lebih dalam lagi, maka kita bisa menyimpulkan. Bahwa sesungguhnya kehidupan ini adalah bentuk cerita bagaimana manusia menjalankan kewajiban dan menggunakan haknya sebaik mungkin tak lepas atas peranan Tuhan yang memiliki bentuk hal yang sama namun dengan konteks yang berbeda.
      Menjalankan kewajiban dan mengunakan hak tanpa pijakan dan pedoman yang tepat, sesungguhnya merupakan kesesatan yang nyata. Bagiamana tidak, jika kita terlalu berlebihan mengatasnamakan hak yang sebenarnya bentuk protes pada Tuhan. Kita mudah mengatasnamakan hak berdasar diri kita sendiri sendiri. berdasarkan kenyamanan kita sendiri, berdasarkan kemauan kita sendiri. Bila ada seorang ibu yang berkata pada seorang hakim yang tengah mendakwanya dengan penganiayaan pada anaknya sendiri. Bahwa anaknya adalah haknya, ialah yang telah melakukan kewajiban melahirkan, memberi makan dan minum, tempat tinggal, hingga kewajiban mendidiknya sebagai seorang manusia dan seabreg kewajiban lainya. Anaknya adalah anaknya, bukan hakin atau tetangganya yang telah melahirkan dan mengurusinya. Apa hak seorang hakim menjatuhkan hukuman atas dirinya.
Begitu kira-kira argumentasi yang terkesan pintar dari seorang ibu yang telah menganiya anaknya sendiri karena telah melanggar perintahnya.
Apa juga yang terjadi, ketika manusia mengunakan tubuhnya untuk di eksploitasi pada bentuk kejahatan. Mereka beragumen bahwa itu adalah hak pada dirinya sendiri, tidak ada urusan dengan orang lain. Sungguh mereka lupa, bahwa mereka juga punya kewajiban melindungi orang lain, kewajiban memberi contoh kebaikan pada orang lain. Sejauh ini hanya manusia yang percaya akan  Tuhan yang setidaknya mau menerima meski belum mampu melaksanakanya.
Hak dan kewajiban adalah seperti sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Jika pun dipisahkan maka hal itu tidak memiliki arti sebagai uang.
Kita memang terlalu sering membicarkan hak kita, tanpa sadar kita lupa akan kewajiban kita. Kita lupa atau kita benar-benar tidak tahu?.Kita mengerti atau kita sebenarnya masih bodoh sekali? jawaban itu ada pada diri kalian sendiri.

Pendekar perang

                 Katakanlah dia seorang pahlawan dengan predikat seorang pendekar. Membawa senjata ampuh bermata tajam hingga senjata rahasia yang mematikan. Pekerjaanya adalah perkelahian yang bertujuan untuk menumpas kejahatan. Gelar tertingginya adalah seorang panglima jendral perang. Kekuatan utamanya terletak pada mengasah kekuatan latihan gerak perkelahian. Jika di China itu dikatakan kungfu, di Indonesia ada nama pencak silat. Sebenarnya sama saja, latihan fisik untuk suatu bentuk perlawanan fisik. Perkelahian. Jika di zaman sekarang orang-orang modern belajar bela diri, mereka beralasan untuk menjaga diri akan kejahatan yang marak terjadi. Sebagaimana seorang wanita dengan profesi guru, profesi sekertaris, profesi SPG, hingga profesi ibu rumah tangga banyak yang berbondong-bondong mendatangi tempat pelatihan kungfu, pencak silat, wushu dllnya, mereka beralasan dengan kuat untuk benteng perlawanan atau ajang untuk olahraga menjaga kebugaran dan bentuk tubuh mereka.
Alasan itu banyak yang membenarkan, terlebih pada point yang terakhir.

                Manusia cinta kedamaian, tapi banyak yang bilang mengapa menciptakan senjata perang. Begitu pula dengan sejarah lahirnya pencak silat, kungfu dan semacamnya. Jika manusia cinta ketentraman, maka mengapa menciptakan latihan "perang". Benarkah semua itu diciptakan tatkala manusia lebih dulu mengenal kejahatan?. Atau mungkin, karena manusia terlalu waspada untuk menjaga diri guna mempertahankan kehidupanya dari kejatahan orang lain?. Sejarah lahirnya pencak silat hingga kungfu sebenarnya berawal dari keterpaksaan. 
Semua bisa disimpulan begitu. Bagiamana tidak, jika kita belajar dari sejarah. Maka yang terlintas pertama kali ketika mengingat sejarah masa lalu kehidupan manusia adalah peperangan, perebutan kekuasaan, penyebaran pemahaman hingga perebutan kekayaan. Peperangan menghancurkan segalanya, menindas mansuia yang merasa dirinya berhak atas apa yang dirampas oleh manusia lainya. Hingga akhirnya mereka terpaksa melawan sesamanya. Mereka membuat pengembangan macam-macam senjata karena terpaksa, mengembangkan latihan perang (kungfu, pencak silat dll) juga karena terpaksa.
Bagiamanapun, manusia tidak ingin hidup dalam penindasan, penjajahan. Mereka membentuk pencak silat hingga kungfu semata-mata karena terpaksa. Sesungguhnya perang dan kejahatan lah yang mengajari mereka. Jadi kejahatan sesungguhnya lebih mereka kenal lebih akrab ketimbang kebaikan. Sebab dari itulah pencak silat hingga kungfu lahir dengan gerak yang semakin berkembang berbagai gerak dan kelincahanya. Begitupun senjata perang yang semakin dikembangkan kecangihanya. Manusia belajar bahwa kejahatan hanya bisa dilawan dengan perang.
Maka banyak yang mengatakan, bahwa gelar kegagahan tertinggi manusia adalah panglima perang. Sesungguhnya semua itu tergantung dari setiap pandangan. 

Senin, 02 Januari 2012

Bulan, Gunung dan Serigala

Bulan tidak muncul di malam itu. Suara lolongan serigala yang bersahutan seolah memunculkan perkiraan konyol : bulan tidak muncul karena takut akan menjadi santapan serigala yang tengah kelaparan malam itu. Serigala punya sayap, atau apa saja jika ia tengah kelaparan. Ia akan menjangkau apa saja yang kiranya bisa menganjal perut liarnya yang kelaparan. Jika pun ia akan memakan bulan, tumbuhlah sayap di kedua sisi badan kekarnya. Jika ia tengah ingin memakan gunung, maka semakin runcing dan kuatnya taring serta giginya. Apa saja yang bisa ia makan saat lapar, ia pasti bisa menjangkaunya. Sebab itulah, aku mengira dengan yakin jika malam itu bulan tidak muncul karena ia takut akan menjadi mangsa serigala liar itu. 
Bulan terlalu cerdas untuk bisa dimakan begitu saja dengan hewan bergerombol itu. Meski serigala bisa terbang sejauh jangkuan tempat bulan berpendar pada pusat rotasinya. Awan pekat selalu tersembur dari lidahnya untuk membungkusnya rapat-rapat. Menjauh dari jangkuan endusan serigala yang tengah kelaparan. Serigala sendiri, sudah tidak terlalu bernafsu untuk memakan bulan. Karena ia harus membutuhkan semalaman penuh untuk bisa menemukanya di angksa. Bulan memang telalu cerdas untuk urusan meladeni cara ceroboh serigala yang hendak memangsanya.Dan ketika purnama, bulan tahu jika serigala telah terlalu kenyang dan tidak ada pikiran untuk memakanya.
Serigala terlalu bodoh. Lolonganya adalah bentuk kecerobohan dan kebodohan yang sekedar pamer kegagahan. Semua akan lari terlebih dahulu, terlebih bulan. Ia akan dengan cepat membugkus tubuhnya dengan awan. Gunung akan mengeluarkan uap magma panas yang menghasilkan kabut untuk menutupi tubuhnya, menyelimuti dirinya dengan panas yang teramat. Semua akan sembunyi, sebelum akhirnya serigala malam sampai pada tujuanya. Sebab lolonganya adalah kebodohan seorang pemangsa mengincar mangsanya. Maka domba, kerbau,kuda yang tengah terikat oleh pemiliknya tak bisa lari kemanapun. Ketika serigala mendatanginya. Menerkam. Memangsa. Mengoyak tubuhnya. Memakanya.Hingga membuat serigala bisa tertawa karena kenyangnya. Bulan dan gunung menyumbul sedikit di balik awan dan kabut. Melihat serigala yang selalu pandai mengangkat moncong mulutnya keatas tinggi-tinggi kemudian melolong dengan sombong. "Aku telah kenyang".
Serigala bercerita tentan keganasanya, dan serigala juga bercerita bagaimana kebodohanya melolong keras-keras. Dan kita, manusia yang terlena dengan ketakutan hanya mampu berdiri di tempat, meski beberapa waktu setelahnya akan terbirit-birit lari tanpa mengunakan akal pikiran. Kemana akan berlindung di situasi mendesak kala itu. Berlari tanpa tahu tujuan, dan berlari tanpa tahu dimana ia akan mencari perlindungan.

Malam

Lorong yang senyap. Sejauh mata memandang pada selasar bangunan, titik hitam membungkus pada ujung pandangan. Lantai dari susunan keramik menerima seberkas cahaya dari bulan yang malam itu purnama. Terpantul bayangan mengikuti gerak benda yang mencoba menangkapnya. Mengikuti. Seperti gerak pantomim yang mencoba menghibur cahaya. Bulan purnama tak sendiri, ia ditemani dengan ribuan bintang-bintang yang gemerlapan seperti manik-manik di atas kain hitam. Mengkilap.
Cerita malam adalah tentang sunyi, sepi, dingin,kelam, pekat,keburaman, kesamaran,temaram lampu. Apalagi indah dari cerita malam jika sepi adalah tempat mereka melabuhkan hati yang lama berlayar.
Malam adalah cerita kesendirian yang memilukan bagi orang kesepian. Malam tak ubahnya seperti waktu yang mengajaknya berkelahi. Lorong senyap. Gerak jarum jam. Langkah mengedap pencuri. Suara berkelahi kucing. Tikus yang tengah girang berlarian di atap rumah. Malam menyisakan banyak cerita bagi semuanya yang menikmati hidup ini dengan apa adanya. :-)

Hujan dan penerjun payung

               Apalagi yang tengah dibicarakan hujan dengan mendung kelamnya. Jika saja petir yang menyambar mengkilatkan ketakutan yang semakin merekah. Mendung yang bergelayut, mengarak awan hitam yang seolah bersejajar dengan garis horisontal kehidupan. Partikel alam tengah ramai berkumpul, saling berbincang dengan suara tingginya masing-masing. Menghentakan bumi. Menghitam kelamkan siang yang seharusnya cerah dengan matahari. Sepertinya memang hanya suara matahari yang waktu itu tidak terdengar. Petir paling menguasai bunyi. Mendung paling merajai kelam. Panas paling merajai suhu. Matahari tengah tertutup rapat-rapat dengan pekat mendung hitamnya awan. Langit seolah tengah sendu dengan warna hitam pekatnya. Angin berhembus dengan kekuatan penuhnya. Menghempaskan apa saja yang tidak bisa kuat dengan terpaanya. Daun kering yang tampak terlihat menyedihkan dengan hempasan angin. Terjatuh dari pucuk, terhempas, melayang, terhempas, melayang kembali hingga sejauh pohon tempat bergantungnya.
Partikel alam tengah berbicara dengan mendung, petir, angin. Tak lama partikel air mengalir dari sela-sela awan hitam pekat yang akhirnya terjatuh ke bumi. Membasahi kekeringan yang hampir saja menjadi debu berterbangan. Semakin basah. Basah. Menjadi lumpur. Becek. Tak lagi terserap. Air mengenang.
Penduduk bumi ketakutan. Mereka segera mencari kain, tas,panci atau apa saja untuk memasukan pakaian atau harta yang kiranya berharga. Apa saja yang terlihat. Mereka angkat dengan gerak cepat nan kilat. Mereka segera berlari. Air yang mengenang semakin tinggi. 
       Bumi tak lagi mampu menyerap air yang berkompenen sebagai zat cair yang mudah meresap. Lari mereka tak secepat hujan yang terjun ringan dari langit. Lari mereka membawa beban. Sedang hujan turun tanpa sedikitpun beban. Air hujan tanpa parasut. Tidaklah seperti penerjung payung yang harus mengunakan beban untuk turun sempurna ke bumi.
Semua tidak lah sama.Antara penerjun payung dengan air hujan yang sama-sama turun dari tahta angkasa. Semua tak sama. Mereka membawa beban dan tanpa membawa beban. Beban seperti layaknya penahan. Sedang hujan tak lagi bisa ditahan. Ia turun dengan sayap malaikat yang membawa kabar gembira untuk penduduk bumi. Maka berdolah ketika turun hujan. Hujan yang turun tanpa beban dan penahan. Bagaimanapun hujan tahu, betapa berharga air untuk kehidupan di bumi. Hujan sedikitpun tak mau memperlambat diri, yang seolah ia begitu berarti untuk menyombongkan diri. Hujan adalah rizki yang tak perlu di tahan jika langit sudah berkenan. Selayaknya rizki yang manusia harapkan turun tanpa beban dan penahan.
Sedang terjunya pemain terjun payung, belum tahu apa yang hendak ia tuju ketika sudah berhasil mendarat kebumi dengan sempurna. Kepuasaan untuk mencarri kebahagian. Tentu. Karena itulah yang mereka cari. :-)