Terhitung dua hari lalu, Pak Lurah
Sastro resmi menjabat sebagai kepala desa Sumber Banyu Kewarasan. Para
pemilihnya bersuka cita, terlebih tim sukses dan pendukungnya bersorak gembira.
Ujung dari kegembiraan itu adalah dirayakan kemenangan dengan menggelar pesta
tujuh hari tujuh malam. Puncak pesta dimalam ketujuh akan disembilih
ayam,bebek,kambing,kerbau,sapi hingga unta yang langsung didatangkan dari
negeri Timur tengah. Tidak hanya itu, pada malam ketujuh pesta nanti akan didatangkan
artis top ibukota untuk menyemarakan pesta, tidak tanggung-tanggung sepuluh
artis akan diundang untuk pesta bertajuk syukuran itu.
Oleh sebab itu, hampir seluruh tim
sukses dan pendukungnya tidak sabar untuk menghabiskan malam ketujuh pesta yang
akan datang lima malam lagi.
“Saudara-saudaraku sekalian. Tanpa
kalian, tidaklah mungkin saya nantinya akan terpilih menjadi pemimpin desa ini.
Dan tanpa saya, desa ini tidak akan berkembang cepat mengikuti jaman yang telah
serba instan ini. Maka dukung dan pilihlah saya untuk kemakmuran dan
kesejahteraan kalian sendiri, karena saya pribadi sudah tergolong orang makmur
dan sejahtera lahir batin.Hahhhh….haahhhh…hahhhhh”
Menghela nafas
“Saya tegaskan di sini, saya tidak
mengharapkan apa-apa untuk mencolankan diri sebagai kepala desa, saya hanya
berharap desa ini akan menjadi makmur dan sejahtera lewat tangan dingin saya” Kampanye
mengebu-gebu Pak Lurah Sastro beberapa waktu lalu seraya mengangkat tangan
kanan yang mengepal erat-erat.
“Tidak usah ragu atau pilu, pilih
saja saya untuk menjadi pemimpin desa Sumber Banyu Kewarasan ini. Percayalah,
sebagaimana kalian juga percaya bahwa Pancasila adalah Lambang Negara
Indonesia…Hah..hahah” Pak Lurah
Sastro membusungkan dadanya. Hendak memberi kesan mewibawa.Tawanya yang terbahak-bahak memperlihatkan otot lehernya
yang menonjol hendak keluar dari lapisan kulit.
“Nyuwun
pangapunten, pak” tiba-tiba salah satu peserta Kampanye Pak Lurah Sastro
mengangakat tangan. Interupsi. Tawa
pak Lurah Sastro mendadak ikut terhenti. Tercekat
“Ada apa?” Pak Lurah mengkerutkan
dahinya
“ Lambang Negera Indonesia bukan
Pancasila tapi Garuda Pancasila. Kalau Pancasila saja itu merupakan Dasar
Negara Pak”
Kampanye yang mulanya hiruk pikuk
mendadak sunyi, beberapa mulut melongo tak ketinggalan pak Lurah Sastro.
Kesunyian pecah setelah terdengar bunyi orang berdehem keras.
“Ehhmm…ehmmmm..ehmmm” Suara dehem itu
ternyata Pak Lurah Sastro sendiri. Kemudian disusul dengan suara hiruk pikuk
memprotes.
“Hhhuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhh”
Entah ditujukan pada siapa protes
itu.
Setelah kejadian itu, seminggu
menjelang pemilihan.Lelaki yang diketahui bernama Ponijo dikabarkan hendak
pergi ke Ibukota untuk meneruskan sekolahnya yang baru tamat Sekolah Dasar.Sontak saja berita yang
terkesan mendadak itu mengangetkan para tetangganya terlebih istrinya yang baru
saja melahirkan anak pertama mereka tiga bulan lalu.
“Syukur Marang Gusti Allah, semua ini kemurahan hari Pak Lurah Sastro yang
berkenan membiayai” Kata Ponijo mengangguk-anggukan kepalanya. Pak Lurah Sastro
yang kebetulan hadir untuk pelepasan Ponijo memberikan sambutan.
“Inilah salah satu bentuk kepedulian
saya terhadap sesama dan…bla…bla..bla” Sambutan itu berlangsung selama dua jam
tiga puluh dua menit dan menyebabkan Ponijo hampir saja ketinggalan bus.
∞∞∞
Terhitung tiga tahun lalu, Pak Lurah
Sastro resmi menjabat sebagai kepala
desa Sumber Banyu Kewarasan. Para tim sukses dan pendukungnya tidak merasakan
kegembiraan yang setidaknya sama ketika pesta tiga tahun lalu. Mereka telah
lama kembali berkecimpung dalam pekerjaan serba sulit dan keras, sebagai
petani, tukang tambal ban, tukang parkir, tukang makelar, tukang jahit, tukang
cukur rambut hingga tukang palak. Tidak ada perubahan, dan meraka menyadari
jika kegembiraan pesta tiga tahun lalu adalah kegimbaraan yang telah dibayar
tunai oleh Pak Lurah Sastro.
“Kiranya
lebih beruntung Ponijo ketimbang kita yang pontang-panting cari massa”
Ucap
tukang tambal ban seraya menghisap rokoknya dalam-dalam
“Betul
sekali. Kiranya dia telah lulus SMP dan aku dengar seminggu lagi dia akan
pulang ke kampung ini lagi” kata Tukang parkir yang tengah duduk di sebelah
tukang tambal ban.
“Wahhh
kalian apa belum dengar berita terbaru?” selonoh tukang cukur rambut
“Apa?”
tukang tambal ban dan tukang parkir kompak menimpali
“Ponijo
dikabarkan akan mencalonkan diri sebagai calon bupati untuk pemilu tahun ini”
“wwwooowwww”
wajah kedua tukang itu melongo tak percaya.
Berita yang mulanya kabar angin,
akhirnya terbukti juga. Setelah kepulangan Ponijo ke kampung halamanya, Ponijo
resmi mendeklarasikan diri sebagai calon bupati yang diusung oleh PILEK BATUKI,
Partai Intelektual Bergabung Tukang Indonesia. Masyarakat yang mayoritas para
tukang dan buruh menyambut semarak pencalonan Ponijo yang berasal dari rakyat
asli. Pak Lurah Sastro tidak tinggal diam, dia pun akhirnya ikut mencalonkan
diri dengan bergabung bersama PLOROTI, Partai Loyalis Roso Tersno Nganti Mati
yang menyampaikan aspirasi tentang cinta dan kasih sayang.
“Kacang lali karo lanjarane, Ponijo semprol” Pak Lurah Sastro mengumpat tak
karuan setelah mengetahui jika Ponijo yang selama itu ia biayai untuk
meneruskan Sekolah, berani-beraninya mencalonkan diri sebagai calon bupati
tanpa seizinya.
“pokoknya
jangan sampai aku kalah, setidaknya jangan sampai Ponijo menjadi pemenangnya”
Ancam Pak Lurah Sastro kepada tim suksesnya.
“Maaf
Pak Lurah, saya mau tanya” Tanya salah satu anggota tim sukses.
“Ehmmm”
jawab Pak Lurah mempersilahkan
“Jika
nanti Pak Lurah Sastro memenangkan menjadi bupati, apa gerangan yang akan bapak
hadiahkan bagi kami. Jika dulunya bapak memberikan pesta yang sangat meriah,
tentu untuk tingkat bupati lebih meriah lagi”
“oohhhhh,
otak busuk kalian. Belum kerja sudah menagih ini itu” Gertak kesal Pak Lurah
Sastro.
“Maksud
kami…”
“Aaahhh”
Pak Lurah Sastro memotong dengan suara umpatan kesal.
“Baiklah
untuk motivasi saya janjkan…” Lanjut Pak Lurah Sastro sedikit lebih tenang
“Nah
maksud kami begitu Pak Lurah, Untuk Motivasi kerja kami” Potong tim sukses yang
semula terkan damprat.
“Bisa
aku teruskan bicaranya?” tantang pak Lurah Sastro.
“Monggoooooooo”
jawab kompak para tim sukses.
“Jika aku terpilih nanti ,pesta akan
dirayakan Selapan hari. Setiap hari menyembelih ayam dan bebek untuk
lauk, setiap minggu akan aku datangan dua artis ibu kota. Puncaknya akan aku
rayakan dengan mengundang setengah jumlah artis ibukota dan menyembelih segala
macam binatang”
Terdengar suara tepuk tangan meriah membahana saentro gedung
aula pertemuan itu.
∞∞∞
Terhitung sudah tiga hari, Pak Bupati
Sastro meninggalkan jabatan Lurah yang tinggal dua tahun lagi demi menjabat
sebagai bupati Kabupaten Iling Kewarasan.Ponijo mengakui kekalahan dengan
meneruskan sekolah ke jenjang berikutnya,setelah mengetahui jika ia mendapatkan
bea siswa di Ibukota.
“Pak Sastro dilawan” Sesumbar Pak
Bupati Sastro di hadapakan pada seluruh tim sukses dan pendukungnya.
Tiga tahun berselang Ponijo kembali
pulang kampung setelah lulus SMA. Ia kembali mencalonkan diri sebagai pemimpin,
kali itu ia akan mencalonkan diri sebagai Gubernur Propinsi Waras Tenan yang masih diusung oleh
PILEKI. Mengetahui hal itu Pak Bupati Sastro tidak tinggal diam, ia akhirnya
ikut melaju sebagai calon Gubernur. Dengan menyatakan janji kepada tim sukses,
kali itu Pak Bupati Sastro berjanji akan mengelar pesta syukuran selama seratus
malam, setiap hari berbagai macam lauk dari berbagai jenis binatang akan
dihidangkan, para artis ibukota akan diundang semua untuk memeriahkan acara.
Bursa partarungan pencalonan
pemilihan Gubernur di mulai. Segala macam trik,lobi hingga anggaran
besar-besaran dikucurkan. Ponijo dan partai yang mengsungnya lagi-lagi masih
jauh kalah trik,lobi hingga anggaran. Hingga akhirnya pertarungan pemilihan itu
akhirnya berwujud kemenangan, dan kemenangan ternyata masih memihak Pak Bupati
Sastro, dan dua hari lagi ia akan menjabat sebagai Pak Gubernur Sastro. Ponijo
pun akhirnya kembali pergi ke Ibukota untuk meneruskan sekolahnya ke Perguraan
Tinggi.
Pesta pun akhirnya digelar, seluruh
tim sukses dan pendukungya merayakan dengan sorak-sorak bergembira. Namun
tiba-tiba pesta hari ke tiga terganggu dengan masalah logistik.
“Segala
macam binatang tiba-tiba hilang dari pasaran Pak Gubernerur Sastro”
“Sudah
kau cek dengan teliti?”
“Sudah
pak Gubernur”
“Persediaan
tikus, cacing, belatung,kecoa sudah kau teliti persediaanya?”
“Sudah
pak Gubernur”
“Burung
Garuda?”
“Kami
tidak berani membunuhnya Pak Gubernur.Kami takut di tangkap”
“Kamu
buru satu saja, biar aku yang urus ijinya”
“Tapi
menurut penjaga reservasi, burung Garuda dikabarkan banyak yang menghilang”
Pesta pun terpaksa berhenti di hari
ke lima belas itu.
Terhitung tujuh belas hari, pak
Gubernur Sastro masih disibukan dengan permintaan ngotot para tim sukses yang kehabisan stock daging untuk melanjutkan
pesta syukuran . Hari ke delapan belas masa jabatanya, ia dikejutkan dengan
berita pencalonan Ponijo sebagai calon Presiden dengan bergabung ke P3K
SI,Partai Paranormal Penuh Kasih Sayang Indonesia.
Ada
percikan api yang kemudian berkobar dalam dada Pak Gubernur Sastro. Hingga pada
akhirnya Pak Sastro nekad turut mencalonkan diri sebagai presiden, namun ditentang
oleh para tim suksesnya yang menuntut untuk menyelesaikan terlebih dahulu
perheltan pesta yang masih tersisa 82 hari lagi.
“akan
saya tuntaskan pesta itu hingga 1000 hari jika aku terpilih jadi presiden. Dan
akan aku impor seluruh daging dari luar negeri jika masih belum terpenuhi. Tak
hanya daging impor, artis penghibur akan saya datangkan dari luar negeri”
Para tim sukses pun akhirnya tergiur
dan mengiyakan.
Pertarungan terlihat semakin sengit
dan panas. Seluruh jiwa dan raga Pak Gubernur Sastro ia kerahkan. Seluruh
trik,lobi hingga anggaran ia kucurkan habis-habisan. Tinggal tersisa tulang dan
baju yang melekat di badan. Namun kekalahan akhirnya berpihak pada Pak Gubernur
Sastro, dan terhitung dua jam lalu Ponijo resmi menjabat sebagai Presiden RI.
“Kenapa
bisa kalah dengan Ponijo yang tidak pernah menjabat apapun itu”
“Ponijo
menyihir seluruh binatang di negeri termasuk burung garuda menjadi manusia
pemilih fiktif, dan itulah sebabanya peredaraan segala macam binatang di
pasaran lenyap dan menghilang”
Pak
Gubernur Sastro terperangah sesaat. Kemudian ia merasakan tulangnya terlepas
dari tubuhnya, berjatuhan satu persatu.
Sesi Menunggu
Jum’at 15
Maret 2013
Lan El
Sunarjio
**muat di koran klaten edisi lupa,,he,,he**