Lingkaran Itu tak Bersudut

Selasa, 19 April 2011

Romantisme Kehidupan Bag I

     
      Apa yang sebenarnya membuat kita wajib  bersyukur atas kehidupan ini? banyak jawaban, banyak pula argument. Dan banyak pula yang menyangkal bahwa kehidupan tak perlu disyukuri tatkala hidup adalah penjara derita. Bila disyukuri katanya malah akan "memuja" keberadaan derita yang membelenggu. Maka derita tak akan pergi, ia terus bersemi bak kawan karib yang tak ingin saling terpisah.
Jika dengan bersyukur Alloh berjanji akan menambah nikmat. Maka janji yang mana dariNya yang Dia ingkari?
     Bila kita bersyukur dengan materi yang kita peroleh dengan sedekah. Maka menurut janji Alloh dalm QS Al baqoroh 256 akan melipatkan gandakan hingga 700 x. Sepertinya tidak masuk logika memang. Terlebih tak masuklah hitungan kalkus matematika untuk urusan seperti ini. 
Syukur memang banyak definisi untuk cara menyikapi dan melakukannya. Namun selama ini, syukur seolah hanya sebatas ucapan yang kadang teselubung dalam hati "kapan ya kira2 Alloh akan menambah nikmat lagi?". Ternoda. Tercemar. dan begitulah kira2 tabiat manusia. Maka malaikatNya sudah tak heran jika manusia banyak menjadi kufur selain memang telah Alloh sampaikan bahwa manusia memiliki tabiat kufur nikmat.
      Lantas apa yang sebenarnya yang membuat manusia bisa "sempurna" dengan rasa syukurnya? sederhana saja. Bahwa manusia itu juga mampu bersabar atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Bersabar dan bersyukur.Melebur menjadi satu. Bergandengan. Beriringan. Bersabar atas kekurangan dan tak bangga dengan kelebihan. Jika dia gagal dalam usaha yang ia yakini karena semua sudah tertulis (makhtub) dan jika ia berhasil itu semua tentu karena campur tangan Alloh. Apa yang mesti kita pusingkan? jika sebenarnya semua sudah ada yang mengaturnya. Begitupun rasa syukur. Jika  tidak memusingkan dengan berlaku sombong, sibuk pamer sana/i atas kelebihan kita. Maka tentu ia telah percaya bahwa dirinya bukanlah apa-apa tanpa Alloh dibaliknya.
     Lantas nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang akan bisa kau dustakan?
Begitulah jawaban sederhana ku untuk diriku sendiri...Dan kiranya begitulah sebenarnya romantisme kehidupan ini, sederhana dan tampak di depan mata. Tinggal apakah kita mau melihatnya lebih dalam lagi.
Dan mengapa kita mesti harus bersyukur pada Ilhahi? mudah saja. Karena orang disebut tahu diri jika dia tahu terima kasih pada sang pemberi. siapapun. Terlebih Allah, Tuhan yang Maha Pemurah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar