Lingkaran Itu tak Bersudut

Senin, 18 Juni 2012

Ketetapan

Tatkala aku bermain dengan malam, siang memanggil panasnya matahari. Seruas jalan yang membentangkan ke alpaan dimensi terkuak dalam tajamnya kerikil yang tertanam. Selayang pandang yang lepas karena terurainya benang emas menjadikan mata silau karena cahaya yang tanpa tersaring selaput. Hancurnya tidak berkeping lagi. Bagian yang terkeping telah luluh lantak tidak berwujud lagi. Sisa akhir  hanya debu yang menggigit pori-pori, merasuk dalam jaringan kulit dan hal itu yang membuat banyak manusia mengeluhkan akibat dari padanya.
Malam tak akan pernah berhasil memanggil matahari, meski menyerangnya dengan rayuan mati, pisau belati untuk membuktikan bunuh diri. Malam sungguh tak akan pernah bisa mengusir gelap, meski malam meminta dengan sangat, meski malam terus menangis tersiksa dalam gelap. Malam tak akan pernah bisa membawa terang, meski bulan purnama di sajikan hingga tujuh titik bagian bumi.
Siang, aku bermain dengan terik matahari, dengan deru yang bercampur debu, dengan keringat yang bercampur letih yang teramat. Tapak kaki di atas pasir, seperti menyisakan arang yang terbakar api. Siang terlalu kasar untuk bisa bersaing dengan sore. dan siang tak akan pernah bisa berlaku lemah lembut. Maka pada senjalah aku selalu melabuhkan letihnya diri, menyemamkan sebongkah hati yang kerja hingga titik mati.
Seperti udara, ia tidak memihak pada siapapun. Malam tetaplah ia gelap, meski bulan ikut menjaga. Begitupun siang, ia tetaplah terik, meski matahari terlelap oleh awan mendung.

Ketetapan telah menjelaskan, bahwa siang dan malam adalah cerita pergantian.Bukan semata maksud gelap dan terang, tapi jauh lebih dari itu. Ketetapan ini telah mengajarkan bahwa hidup adalah cerita yang terus di selingi dengan pergantian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar