Lingkaran Itu tak Bersudut

Rabu, 20 April 2016

Bertanya (Lagi)



Manusia menggunakan kata tanya untuk bertanya tentang hal yang ingin ia tahu dan dimengerti. Seluruh bahasa di dunia ini menggunakan kata tersendiri untuk menunjukan makna bertanya.Kata tanya siapa,apa,mengapa,kapan,bagaimana dan dimana menjadi acuan dalam mengajukan pertanyaan.Percayalah, suatu percakapan panjang akan selalu dimulai dari hadirnya kalimat bertanya.
Secara teoritis bertanya menunjukan kemampuan seseorang dalam memahami akal fikirnya untuk mengetahui hingga memahami apa yang ia tidak tahu dan dimengerti-tingkat kemampuan dalam hal ini ditunjukan dari kualitas pertanyaan yang diajukan.Jika bertanya bisa menujukan tingkat kemampuan akal fikiran seorang manusia, maka jawaban sebagai penentu pengetahuan akal fikiran manusia.Sayangnya, hubungan pertanyaan dan jawaban tidak selalu berjalan semanis madu,karena perlu diingat dalam diri manusia ada sisi egois, dan sikap ini yang menggiring manusia untuk enggan memberi jawaban dan memilih merahasiakanya.Namun apa jadinya jika jawaban yang diberikan adalah kebohongan, justru inilah tragedi paling buruk- bukan hanya tentang hukum tanya jawab, namun tentang penyesatan pengetahuan dan pengertian manusia.Berbagai tujuan bertanya dalam diri manusia memang berbeda-beda.Dalam bahasa Indonesia terdapat kata basa-basi.Bertanya sekedar basa-basi adalah bagian yang masih melekat kuat dalam kehidupan sosial masyarakat ini.Tanpa menghiraukan jawaban benar atau tidaknya, manusia yang bertanya sekedar basa-basi hanya akan menekankan pada pengakuan diri tentang kepedulianya. Dalam salah satu budaya kita, bertanya sekedar basa-basi akan menjadi urusan polemik tersendiri jika mengingkari untuk tidak melakukanya. Meski masih ada sebagian dari masyarakat kita yang berhati-hati dalam berkomunikasi- seakan-akan tiap perjumpaan dengan orang lain adalah ladang ranjau.Masyarakat  semacam itu memiliki pepatah“mulut kamu harimau kamu mengerkah kepala kamu”.
Tujuan lainya bertanya adalah untuk mengetahui dan memahami apa yang akal fikirkan.Dalam konteks ini akan berlangsung percakapan yang panjang, dialog yang bersinambungan hingga beberapa manusia membutuhkan alat tulis untuk membantu daya ingatnya yang memang terbatas.Semakin akal fikiranya berkecampuk,maka semakin banyak rasa ingin tahunya.Namun lagi-lagi perlu diingat, dalam diri manusia ada sisi egois yang menggiring manusia untuk bersikap menjaga wibawa anggapanya sendiri.Bertanya secara arti mengindikasikan ketidatahuan, maka ketidaktahuan menjadi anggapan kesesatan tersendiri bagi kaum yang mementingkan sikap egois-menjaga wibawa anggapan sendiri.Pepatah telah menyindir kaum yang “tersesat” dalam konteks ini : Malu bertanya sesat di jalan.
Bertanyalah, karena dari bertanya percakapan panjang akan berlangsung, dialog akan terwujud.Kebersamaan antar manusia secara sosial akan tercipta.Meski tanpa segelas teh atau kopi percakapan-komunikasi akan membawa rasa tersendiri dalam jiwa manusia sebagai makhluk sosial.
Tidak sekedar bertanya tapi bacalah, sebab awal mula lahirnya seseorang bisa bertanya dan menjawab adalah dari membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar