Manusia menggunakan kata tanya
untuk bertanya tentang hal yang ingin ia tahu dan dimengerti. Seluruh bahasa di
dunia ini menggunakan kata tersendiri untuk menunjukan makna bertanya.Kata
tanya siapa,apa,mengapa,kapan,bagaimana dan dimana menjadi acuan dalam
mengajukan pertanyaan.Percayalah, suatu percakapan panjang akan selalu dimulai
dari hadirnya kalimat bertanya.
Secara teoritis bertanya
menunjukan kemampuan seseorang dalam memahami akal fikirnya untuk mengetahui
hingga memahami apa yang ia tidak tahu dan dimengerti-tingkat kemampuan dalam
hal ini ditunjukan dari kualitas pertanyaan yang diajukan.Jika bertanya bisa
menujukan tingkat kemampuan akal fikiran seorang manusia, maka jawaban sebagai
penentu pengetahuan akal fikiran manusia.Sayangnya, hubungan pertanyaan dan
jawaban tidak selalu berjalan semanis madu,karena perlu diingat dalam diri
manusia ada sisi egois, dan sikap ini yang menggiring manusia untuk enggan
memberi jawaban dan memilih merahasiakanya.Namun apa jadinya jika jawaban yang
diberikan adalah kebohongan, justru inilah tragedi paling buruk- bukan hanya
tentang hukum tanya jawab, namun tentang penyesatan pengetahuan dan pengertian
manusia.Berbagai tujuan bertanya dalam diri manusia memang berbeda-beda.Dalam
bahasa Indonesia terdapat kata basa-basi.Bertanya sekedar basa-basi adalah
bagian yang masih melekat kuat dalam kehidupan sosial masyarakat ini.Tanpa
menghiraukan jawaban benar atau tidaknya, manusia yang bertanya sekedar
basa-basi hanya akan menekankan pada pengakuan diri tentang kepedulianya. Dalam
salah satu budaya kita, bertanya sekedar basa-basi akan menjadi urusan polemik
tersendiri jika mengingkari untuk tidak melakukanya. Meski masih ada sebagian
dari masyarakat kita yang berhati-hati dalam berkomunikasi- seakan-akan tiap perjumpaan
dengan orang lain adalah ladang ranjau.Masyarakat semacam itu memiliki pepatah“mulut kamu
harimau kamu mengerkah kepala kamu”.
Tujuan lainya bertanya adalah
untuk mengetahui dan memahami apa yang akal fikirkan.Dalam konteks ini akan
berlangsung percakapan yang panjang, dialog yang bersinambungan hingga beberapa
manusia membutuhkan alat tulis untuk membantu daya ingatnya yang memang
terbatas.Semakin akal fikiranya berkecampuk,maka semakin banyak rasa ingin
tahunya.Namun lagi-lagi perlu diingat, dalam diri manusia ada sisi egois yang
menggiring manusia untuk bersikap menjaga wibawa anggapanya sendiri.Bertanya
secara arti mengindikasikan ketidatahuan, maka ketidaktahuan menjadi anggapan
kesesatan tersendiri bagi kaum yang mementingkan sikap egois-menjaga wibawa
anggapan sendiri.Pepatah telah menyindir kaum yang “tersesat” dalam konteks ini
: Malu bertanya sesat di jalan.
Bertanyalah, karena dari bertanya
percakapan panjang akan berlangsung, dialog akan terwujud.Kebersamaan antar
manusia secara sosial akan tercipta.Meski tanpa segelas teh atau kopi
percakapan-komunikasi akan membawa rasa tersendiri dalam jiwa manusia sebagai
makhluk sosial.
Tidak sekedar bertanya tapi bacalah,
sebab awal mula lahirnya seseorang bisa bertanya dan menjawab adalah dari membaca.