Sudahlah tentu ketika kita akan tidur tidaklah membutuhkan paku pun palu untuk
mengaitkan antar dua benda,bahkan terfikirkan pun tidak.Secara hukum
normal tidak ada korelasi memberi dan menerima manfaat.Sebagaimana si
batal, si selimut,si ranjang tidak memberi manfaat atas predikatnya jika
yg diperlukan adalah paku dan palu.Hal itu jelas dan tidaklah samar,maka yg perlu diterangkan hanyalah penjabaran argumen.
Bagaimana mungkin mengaitkan arah yang jelas utara dengan arah yang jelas selatan? . Bagaimana mungkin menganalogikan penjelasan yg bahkan anak TK pun paham bahwa tidur tidaklah memerlukan palu pun paku.Untuk apa? Apa sedemikian efektif bila untuk senjata terhadap lawan yg menyusup tatkala kita tidur? Apa tidak terlalu paranoid jika alasanya takut ranjangnya roboh bertindak cepat sebelum ia terjerbab di lantai?
Maka itulah yang dimaksud dengan penjabaran selanjutnya ketika sesuatu yang sudah terlihat jelas,maka tetaplah akan masih ada pertanyaan dan argumen yg menyertainya.
Maka selebihnya pembahasan bukan masalah hukum korelasi kebutuhan,bukan lagi tentang tidak palu dan paku yg tidak sesuai untuk kebutuhab ketika hendak tidur.Tapi pembahasan akan meleber dengan menerjemahkan makna yg tersirat dari pernyataan itu.Berdebat dan tak dipungkiri kata2 yang ada sudah tidak lagi menggunakan kata paku,palu pun tidur.Tapi Uraian kata Falsafah yang melebar karena urat saraf hendak mengurai sepanjang dan sebanyak2nya.
Maka sangatlah wajar,jika hal itu terjadi.Sebab manusia pada dasarnya makhluk yg memiliki sifat demikian.Suka membantah dan suka berkeluh kesah.
Bagaimana mungkin mengaitkan arah yang jelas utara dengan arah yang jelas selatan? . Bagaimana mungkin menganalogikan penjelasan yg bahkan anak TK pun paham bahwa tidur tidaklah memerlukan palu pun paku.Untuk apa? Apa sedemikian efektif bila untuk senjata terhadap lawan yg menyusup tatkala kita tidur? Apa tidak terlalu paranoid jika alasanya takut ranjangnya roboh bertindak cepat sebelum ia terjerbab di lantai?
Maka itulah yang dimaksud dengan penjabaran selanjutnya ketika sesuatu yang sudah terlihat jelas,maka tetaplah akan masih ada pertanyaan dan argumen yg menyertainya.
Maka selebihnya pembahasan bukan masalah hukum korelasi kebutuhan,bukan lagi tentang tidak palu dan paku yg tidak sesuai untuk kebutuhab ketika hendak tidur.Tapi pembahasan akan meleber dengan menerjemahkan makna yg tersirat dari pernyataan itu.Berdebat dan tak dipungkiri kata2 yang ada sudah tidak lagi menggunakan kata paku,palu pun tidur.Tapi Uraian kata Falsafah yang melebar karena urat saraf hendak mengurai sepanjang dan sebanyak2nya.
Maka sangatlah wajar,jika hal itu terjadi.Sebab manusia pada dasarnya makhluk yg memiliki sifat demikian.Suka membantah dan suka berkeluh kesah.
Maka
tidaklah heran jika perdebatan adalah citra tertinggi dari kaum
pengagung kebebasan,kaum yang merasa "terdzholimi" dengan aturan yang
serba di atur oleh kehidupan.Maka jika sesuatu yg jelas kebenaranya
masih mereka perdebatkan,maka tidaklah perlu kita shock kaget lebay
ketika mulut mereka begitu fasih memperdebatkan hal yang tersirat dari
makna..kebenaran itu sesungguhnya.Kaum yg suka berdebat maka cukup kita
layani sebatas waktu saja,sebab tidak ada akhir waktu untk..meladeni
mereka.
Jadi jika kita hendak dan tengah tidur,maka barang tentu yg kita butuhkan adalah alas tidur (ranjang) bantalan dan selimut yg menutupi dr gangguan nyamuk pun udara dingin.Paku dan palu biarkan tergeletak di tempatnya,jika lukisan yang kita pasang di dinding jatuh,maka kita baru akan mengambilnya itu pun jika kita sudah bangun dari tidur dan tidak sedang tidur.
Maka itulah siratan makna tentang kesimbangan dan kebenaran.
Jadi jika kita hendak dan tengah tidur,maka barang tentu yg kita butuhkan adalah alas tidur (ranjang) bantalan dan selimut yg menutupi dr gangguan nyamuk pun udara dingin.Paku dan palu biarkan tergeletak di tempatnya,jika lukisan yang kita pasang di dinding jatuh,maka kita baru akan mengambilnya itu pun jika kita sudah bangun dari tidur dan tidak sedang tidur.
Maka itulah siratan makna tentang kesimbangan dan kebenaran.