Lingkaran Itu tak Bersudut

Rabu, 04 Mei 2011

Mulut

       Sudah kusumpal mulutnya dengan kain-kain pakaian termewahku. Rintihanmu adalah suara paling buruk yang kudengar. Aku sudahi caramu meremukan hatiku dengan mulut yang memuakan itu. Sudah selesai, nikmati mulut dengan sumpalan itu.
Menyongsong menteri. Kabut tipis masih bergelayut manja. Seolah hendak tak mau pergi. Seperti seorang anak yang merajuk tak ingin ditinggal pergi sang ibu. Bertanya tentang air susu yang belum juga bisa disapihnya. Bertanya bagaimana dengan timanganya. Bertanya bagaimana dengan belaian lembutnya. Hawa dingin merasuk tulang, membungkus darah. Merintih sudah dalam gigil dingin yang menyiksa.
 "Sakit"
"Apanya?"
"Sakit seluruh tubuhku, bodoh"
"Perlukah kata-kata itu ditambah untuk percakapan kita ini?"
"Menjelmalah kau jadi anjing"
"Keparat. Kau masih saja sesumbar"
"Sakit bodoh"
"Terserah. Sakitlah terus. Menjelmalah kau jadi mayat saja"
"Berengsek"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar