Lingkaran Itu tak Bersudut

Senin, 21 Februari 2011

Alquran Abadikan 22 Sifat Bangsa Israel-yahudi


Bukan kali ini Israel melakukan tindakan brutal dan tidak manusiawi terhadap para relawan kemanusiaan dari berbagai negara di Kapal Mavi Marmara.

Namun sebelum tragedi Mavi terjadi, bangsa zionis ini sudah menumpahkan darah dengan membantai secara keji dan biadab rakyat Palestina.

Tua-muda, wanita hingga anak-anak warga Palestina yang tidak berdosa menjadi kekejaman kaum penjajah itu. Kutukan dan kecaman dari berbagai negara di dunia hanya dianggap angin lalu. Israel tetap melakukan misinya mendirikan negara di tanah Palestina.

Israel juga tidak sudi atas kemerdekaan bangsa Palestina. Tak ayal, sepanjang sejarah perjalanan kaum Zionis ini kental dengan perang dan pertumpahan darah di tanah Palestina. Israel menjadi biang kerok konflik di kawasan Arab ini. Meski wilayah dan penduduknya sedikit, anehnya dunia hanya bisa mengutuk keganasan Israel tanpa ada tindakan konkret.

Padahal jelas-jelas agresi terhadap Palestina adalah pelanggaran hak azasi manusia. Israel nyata-nyata menjadi penjahat perang. Namun sayangnya PBB hanya bisa mengeluarkan sederet resolusi tanpa efek, sedangkan negara Arab dan komunitas Muslim dunia pun tidak mampu berbuat banyak layaknya macan ompong.

Jika melihat karakter Israel demikian, sebenarnya tidak perlu heran. Sebab, Allah SWT melalui wahyunya dalam Alquran sudah menggambarkan sifat buruk orang-orang Yahudi yang zalim, membuat kerusakan di muka bumi, dan senang mengobarkan api peperangan dengan bangsa lainnya, terutama kaum Muslimin.

Dalam Alquran sedikitnya disebutkan 22 sifat buruk bangsa Yahudi, yakni:

1. Keras hati dan dzalim (Al-Baqarah:75,91,93,120,145,170; An-Nisa:160; Al-Maidah:41)

2. Kebanyakan fasik dan sedikit beriman kepada Allah SWT (Ali Imran:110; An-Nisa:55)

3. Musuh yang paling bahaya bagi orang-orang Islam (Al-Maidah:82)

4. Amat mengetahui kekuatan dan kelemahan orang-orang Islam seperti mereka mengenal anak mereka sendiri (Al-An’am:20)

5. Mengubah dan memutarbalikkan kebenaran (Al-Baqarah:75,91,101,140,145,211; Ali Imron:71,78; An-Nisa:46; Al-Maidah:41)

6. Menyembunyikan bukti kebenaran (Al-Baqarah:76,101,120,146; Ali Imron:71)

7. Hanya menerima perkara-perkara atau kebenaran yang dapat memenuhi cita rasa atau nafsu mereka (Al-Baqarah:87,101,120,146; Al-Maidah:41)

8. Ingkar dan tidak dapat menerima keterangan dan kebenaran AlQuran (Al-Baqarah:91,99; Ali Imron:70)

9. *****akkan telinga kepada seruan kebenaran, membisukan diri untuk mengucapkan perkara yang benar, membutakan mata terhadap bukti kebenaran dan tidak menggunakan akal untuk menimbangkan kebenaran (Al-Baqarah:171)

10. Mencampuradukkan yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil (Ali Imran:71)

11. Berpura-pura mendukung orang Islam tetapi apabila ada di belakang orang-orang Islam, mereka mengutuk dengan sekeras-kerasnya (Al-Baqarah:76; Ali Imran:72,119)

12. Hati meraka sudah tertutup akan Islam karena dilaknat oleh Allah SWT yang disebabkan oleh kekufuran mereka sendiri (Al-Baqarah:88,120,145,146)

13. Kuat berpegang pada rasa kebangsaan mereka dan mengatakan bahwa mereka adalah bangsa yang istimewa yang dipilih oleh Tuhan dan menyakini agama yang selain daripada Yahudi adalah salah (Al-Baqarah:94,111,113,120,135,145; Al-Maidah:18)

14. Tidak akan ada kebaikan untuk seluruh manusia jika mereka memimpin (An-Nisa:53)

15. Tidak suka, dengki, iri hati terhadap orang-orang Islam (Al-Baqarah:90,105,109,120)

16. Mencintai kemewahan dan kehidupan dunia, bersifat tamak dan rakus, menginginkan umur yang panjang dan mengejar kesenangan serta takut akan kematian (Al-Baqarah:90,95,96,212)

17. Berkata bohong, mengingkari janji dan melampaui batas (Al-Baqarah:100,246,249 Ali Imran:183,184; An-Nisa:46)

18. Berlindung di balik mulut yang manis dan perkataan yang baik (Al-Baqarah:204,246; Ali Imron:72; An-Nisa:46)

19. Mengada-ada perkara-perkara dusta dan suka kepada perkara-perkara dusta (Ali Imran:24,94,183,184; Al-Maidah:41)

20. Berlaku sombong dan memandang rendah terhadap orang-orang Islam (Al-Baqarah:206,212,247)

21. Tidak amanah dan memakan hak orang lain dengan cara yang salah (Ali Imran:75,76; At-Taubah:34)

22. Selalu melakukan kerusakan dan menganjurkan peperangan (Ali Imran:64)

Rabu, 16 Februari 2011

GARIS TANGAN

GARIS TANGAN

Han seperti baru menyadari misteri besar dalam kehidupanya. Terkait dengan hal itu ia semakin sembarangan mensinkronkan nasib dalam hidupnya dengan garis telapak tanganya. Bahkan tanpa sama sekali mempelajari tentang ilmu grafologi, psikologi dan logi-logi lainya. Han begitu percaya diri menyakini kemampuanya bisa membaca dan melihat masa depan orang lain. Han, menaruh harapan itu pada feeling ketimbang dengan nalar yang menurutnya terkadang menjerumuskan. Dengan berbekal indera ke-enam yang diyakininya dengan terus mengasahnya melalui puasa 40 hari, Han merasa yakin ia akan mampu mempelajari banyak hal tentang kehidupanya sendiri dan orang lain.
Garis ditelapak tanganya menjadi fokus utama tiap harinya. Setiap bangun tidur hingga kembali tidur, Han setidaknya telah memandang garis gurat ditelapak tanganya sebanyak 40 kali.
Setiap harinya Han merasakan perubahan wujud pada telapak tanganya. Bukan perkara berubah bentuk kasar dan sebagainya. Han seperti bisa melihat garis tanganya berubah menjadi sel hidup yang terus berkembang hingga berwujud, menjadi suatu gambar yang terlihat berpola hingga terlihat memiliki makna bercerita pada Han. Apa yang dilihatnya tak begitu saja mampu dipercayai banyak orang. Cerita Han yang mengabarkan tentang kemampuanya itu dianggap seperti gurauan seorang sarjana petani miskin yang begitu terobesi pada keberhasilan. Intinya Han tengah mencoba menghibur obsesinya yang terlihat lesu karena serangan realitas dalam hidupnya.
Han adalah seorang lelaki bertubuh jangkung dengan kulit sawo matang berkantong mata tebal.Rambutnya yang selalu terlihat rapi dengan minyak rambut memberi kesan kesegaran untuk wajahnya yang terlihat kusam dengan keriput disekitar matanya. Han seorang yang tampak berkarakter dengan sikapnya yang terlihat santun. Sikap santunya terlihat dari caranya berbicara pada orang yang lebih tua. Han seorang lelaki desa yang memiliki kesempatan mampu mengenyam pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Sebagai pemuda desa yang tinggal di wilayah terpencil, sekolah adalah sesuatu yang masih dipertanyakan tentang manfaatnya oleh penduduk sekitar. Dengan komitmen ingin merubah kehidupan kampung, Han pun bercita-cita ingin melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi. Semua orang kampung menertawakanya, Han pun malah merasa tergugah semangatnya. Hingga satu tahun berselang,Han pun membuktikan dirinya telah diterima di perguruan negeri dengan beasiswa. Semua orang kampung pun buru-buru berhenti menertawaknya. Han berkeliling desa seraya mengangkat tinggi surat pemberitahuan dari pihak universitas.
"Dengar semuanya. sebentar lagi kampung ini akan memiliki anak desa yang berilmu tinggi. Tunggu barang empat lima tahun lagi anak desa itu akan datang dengan ilmu perikananya. Lihat saja nanti, desa ini akan menjadi terkenal karena produksi ikanya yang melimpah dan berkuliatas. Bersiaplah semuanya"
Semua penduduk kampung mengamini kata-kata Han. Mereka percaya itu adalah lantunan doa yang mesti diamini.
Namun kejadian itu sudah berlangsung sekitar lima belas tahun yang lalu. Kata tinggal kata, Han belum juga membuktikan perkataanya. Anak-anak desa pun dilarang untuk sekolah tinggi yang memang hanya membuang waktu dan energi, mending jika itu mendapatkan beasiswa. Jika tidak maka bersiaplah dengan biaya yang bisa menghabiskan satu tahun masa panen hanya untuk membayar beberap bulan pendidikan di universitas kota.
Sikap generalisasi semakin merebak. Dan Han seolah merasa bersalah untuk urusan itu.
Tahun demi tahun Han pun malah menjadi petani yang hidupnya malah jauh memprihatinkan. Bukan hanya hasil panennya yang kurang melimpah, Han hingga usianya yang empat puluh tahun belum juga mempunyai istri sebagai pendamping hidup. Sikapnya yang terkesan aneh membuat wanita-wanita menjauhinya. Han masih saja menampilkan gaya mahasiswanya ketika berbicara dengan orang dibawahnya. Semua orang mengira, Han tertindih angan-anganya yang terlalu besar. Hingga sampai waktu itu, pembicaraan Han tentang kemampuannya bisa membaca dan melihat kepribadian hingga nasib masa depan melalui garis tanganya menjadi tambahan serentetan cerita Han yang terkesa aneh.
Seperti malam hari itu, saat Han mendapatkan tugas ronda malam. Han dengan sikap ngototnya mengatakan bahwa Ia sebentar lagi akan menjadi penasehat spiritual melalui garis tangan. Semua orang tak mengacuhkan ucapan Han yang memang terkesan semakin ngawar dan amburadul.
"Garis tangan itu memiliki arti tersembunyi yang mesti dapat kita baca dan mengerti saudara. Tapi anehnya tidak semua orang bisa melakukan semua itu lantaran tidak memiliki indera ke-enam. Saudara sekalian, ketahuilah di desa ini sebentar lagi akan ada peramal untuuk urusan itu. Maka bolehlah kalian nanti datang untuk membuktikanya" Han terdengar seperti tengah berpidato. Teman-teman rondanya tak mengacuhkanya.Mereka malah berseru tentang kemenangan dan kekalahan mereka bermain kartu.
"Sial lagi..sial lagi" Tori mengertu kesal untuk kekalahanya yang ke tiga kali dalam permainan itu. Terdengar suara tawa terbahak menertawakan kekalahan Tori yang bernasib sial malam itu.
Mendengar keriuhan itu. Han berkata dengan serius
"coba ku lihat tanganmu kawan" Han mengulurkan tanganya tepat dihadapan Tori yang serentak bengong.
Karena Han berhasil menarik tangan Tori, maka dengan seksama Han kemudian melihat telapak tangan Tori dengan wajah berkerut.
"Kawan, Sepertinya kau harus bisa lebih bersabar untuk keberhasilan dalam hidupmu. Sepertinya tidak lama, tinggal nikmati saja semua kekuranganmu. Kekuranganmu hari ini hingga nanti akan terbayar dengan melimpah kawan"
Tori mencibir seraya menarik tangannya dengan kasar, diiringi tawa ledekan teman-teman lainya. Han dengan wajah terlihat serius menatap tangan Tori yang coba disembunyikan dibalik punggung. Tiga orang teman lainya masih tertawa hingga terpingkal-pingkal demi melihat kejadian itu. Semua orang tau jika Tori lelaki bertubuh pendek itu memang belum juga menemukan keberuntungan usahanya berdagang sayur-sayuran kekota. Hasilnya selama itu hanya cukup untuk makan istri dan tiga anaknya.
“serahkan saja tanganmu Tor, toh kau bisa jadi pasien pertama si Han itu” Halimun, teman satu kelompok ronda mengakhiri ucapanya dengan tertawa seraya mengusap air mata yang keluar dari mata. Tori mendesah kesal, mengerutu. Dua teman lainya cengingisan, merasa tidak tega jika harus tertawa hingga terbahak-bahak. Han malah berfikir tentang sesuatu kata yang barusan didengarnya ; PASIEN.
Hingga malam menuju puncaknya. Tori semakin dibuat kesal dengan celoteh Han yang tak kunjung berhenti mengatakan tentang indra ke-enamnya yang bisa membaca nasib dan kepribadian orang lain. Terlebih Han tanpa mau peduli mengatakan tentang sikap buruk Tori yang mesti diperbaiki diantaranya amarah dan dendam, karena menurut Han aka ada musibah besar terkait dengan potensi luar biasa Tori pada amarah dan dendamnya.
“Aku akan membaca pantangan untukmu Tor, jika saja kau mau memperlihatkan telapak tanganmu itu padaku” Han masih memperlihatkan wajah seriusnya. Tor menolak dengan mencibirkan bibirnya,.
“Baiklah Tor, terserah kau saja. Aku hanya ingin membantumu” Han menyadarkan punggungnya pada bilik papan pos ronda yang terbuat dari kayu.
HIngga waktu berlalu, Han masih belum juga mendapatkan pasien satupun yang mau mendatanginya untuk membaca nasib masa depan, membaca nasib jalan keluar permasalahan hidup dan semua perihal terkait peramalan.
Tidak hanya penduduk kampung yang merasa jengah dengan keputusan Han, Takmir masjid kampung Haji Daud pun ikut disibukan dengan keputusan Han yang akhirnya membuka “praktek” tentang dunia peramalanya.
“Ini berbeda dengan ramalan pak Haji Daud. Aku hanya ingin membantu orang yang tengah mengalami kesulitan hidup karena dalam kebuntuan jalan. Tuhan memberikan indra ke-enam untukku lantaran untuk menolong orang yang tengah tidak tahu jalan lagi”
Bapak Haji Daud pun pergi dengan mengelengkan kepala, tidak mengerti bagaimana lagi untuk memberi pemahaman untuk Han tentang perkara itu.
Menurutnya apapun itu adalah hal musyrik jika terkait dengan mempercayai perkataan orang yang bisa melihat masa depan dengan indera ke-enam. Tujuan apapun itu jika mengantungkan pengetahuan masa depan pada orang lain, adalah sama dengan musyrik pada Alloh SWT.
Han tetap berkeyakinan, jika kemampuan indera ke-enamnya adalah anugerah Tuhan yang memang tujuanya untuk menolong sesama yang tidak diberi kemampuan itu.
∞∞∞
Rumah dari papan itu tiba-tiba mendapatkan ketukan pintu keras pada pagi-pagi buta sekali. Han terjaga dari tidurya, dengan langkah sempoyangan Han menuju pintu utama depan rumah.
Tampak wajah Tori terengah-engah dengan ekspresi tegang.
“Han…Han…” Tori tampak gagap untuk mengatakan sesuatu yang terihat penting.
“ambil nafas dalam-dalam Tor, kau bisa hembuskan perlahan-lahan pula”
Han membiming Tori melakukan olah pernafasan untuk megatur degup jantung dan gerak paru-parunya. Kerongkongan Tori sebentar saja merasa longgar. Ia kemudian mengumpulkan ludah untuk mengatakan maksud kedatanganya yang mendadak dan tidak biasanya itu.
“Aku baru saja pulang dari kota menghantar barang dagangan, Han” Tori menelan ludah, mengamati Han yang tampak tenang saja.
“Seseorang tiba-tiba menawariku untuk menjual sayuran ke supermarket. Kau tentu tahu supermarket itu kan Han?” Tori belum menunjukan ia akan segera mengakhiri perkataanya.
“Harganya akan dibeli dua kali lipat dari harga jualanku di pasar”
“Dan hebatnya lagi aku ditawari lahan untuk menggarap bahan yang akan mereka pesan. Dan tidak hanya itu saja Han, mereka sendiri yang akan mengambil barang dagangan. Gila Han, ini gila” Tori tampak tidak percaya dengan ucapanya sendiri. Sepuluh tahun memutuskan jadi pedagang sayuran ke kota dengan menumpang angkutan rombangan. Tori belum juga bisa menemukan hasil yang membanggakan. Dan pagi itu ketika Tori sudah merasa menyerahkan nasib hidupnya, tiba-tiba saja mendapatkan sesuatu yang melimpah.
“Semua ini aku temui tatkal aku dua hari yang lalu aku bermimpi diingatkan kembali dengan kejadian saat ronda dulu Han” Tori mengubah ekspresinya menjadi malu.
Han membusungkan dadanya. Terbukti sudah apa yang ia lihat pada garis tanganya sendiri. Dan sepertinya sebentar lagi rumahnya akan banyak kedatangan tamu.
∞∞∞
Han menjadi sosok paling tekenal di wilayah desa tempat tinggalnya yang teletak di kaki sebuah pegunungan. Dalam kurun waktu tiga tahun, penampilan Han tampak berubah dengan pakaian sorban hitam yang terlihat sangar.Wajahnya terlihat lebih segar dan putih dengan berjanggut . Pekerjaan sehari-harinya bukan lagi petani tapi seorang pembaca nasib,kepribadian dan penasehat spiritual dalam segala urusan. Nama Han pun sampai juga ke wilayah kota. Pejabat, artis, pengusaha pun ikut berbondong-bondong mendatanginya untuk mengetahui nasibnya dan segala urusan kehidupan karir pekerjanya.
Perjalanan hingga tenarnya Han itu menyisakan kepedihan tersendiri di hati Han. Orang terakhir yang masih bersikukuh tentang prakteknya sebagai usaha musyrik adalah pak Haji Daud yang telah setahun lalu meninggal.
Han merasa terancam setelah ia membaca garis tangannya sendiri, tentang sosok yang bisa menjadi penghalang keberhasilanya. Dan persis setahun lalu, saat Han mengajak pak Haji Daud untuk berbicara empat mata di kebun milik pak Haji yang berbatasan dengan sebuah ngarai.
“Maaf pak Haji. Sepertinya memang andalah orang yang bisa menghalangi keberhasilan saya untuk menjadi manusia yang berhasil dengan indra ke enam ini” Han berbicara dengan sikap santun sebagaimana yang menjadi karekter utamanya selama itu. Mata pak Haji menyipit dan baru tersadar akan adanya bahaya tatkala ia meihat tangan Han mendorong dengan kuat-kuat tubuhnya ke ngarai bebatuan.

Kamis, 10 Februari 2011

Gula Dalam Toples

Tentu semua setuju jika sesuatu yang bisa mendatangkan rasa di lidah adalah karena ada sesuatu yang masuk kemulut. Entah itu garam, gula, jamu atau bahkan air yang rasanya memang tawar. Tapi semua setuju jika sesuatu yang tak berasa pun masih punya nama, yaitu tawar,hambar dan semacamnya.
Tapi aku masih ingat betul, jika gula masih berada di toples. Hingga sore hari itu sama sekali tak kesentuh gula dan semacamnya untuk rasa manis di lidahku. Tapi aku merasakan manis yang teramat. Tentu saja ketika suamiku baru saja pulang dengan membawa sekantong penuh senyuman manis di bibirnya. Menurutku aku seperti tengah bermimpi atau bahkan mabuk jika mengingat kejadian sore hari itu. Suamiku tersenyum penuh arti kemesraan nan romantis. Memasuki rumah aku memberi isyarat lewat ekor mata untuknya. Pada sofa empuk itu aku hendak menitipkan sebentar "waktu urusanku melayaninya. Dan suamiku pun mengerti. Dengan wajah lelah yang masih terbungkus senyuman . Ia duduk dengan perlahan, sedang secangkir kopi belum terhidang. Secangkir kopi lagi-lagi lupa aku hidangkan.Aku masih begitu larut dalam kesibukan duduk di depan laptop untuk menuliskan banyak hal. Aku hanya terpengarah untuk mencium tangannya ketika ia yang malah menghampiri mejaku, begitu saja. Setelah itu aku "melemparkan" urusanku untuk mengurusinya pada sofa empuk itu. Ia diam tapi sisa senyuman masih terasa hingga di pelipis bibirku. Sempurna.Aku mengira nenek buyutnya yang dahulu mandor pabrik gula di Surabaya mengejewantah dalam dirinya. Setumpuk tebu tau setumpuk gula pasir untuk gaji yang setengahnya dibagikan pada fakir miskin.
"sibuk ya dik?"
Seperti menyebarkan aroma, Ia buka muara senyum manisnya untuk ditebar di sekitarku. Aku memanipulasi ekspresi. Ku beratkan suara dan raut wajahku untuk menunjukan betapa aku tengah serius dan kelelahan. Lagi-lagi kau mengerti, meski sebenarnya engkau tahu arti dari ekspresiku adalah tak ingin diganggu meski itu sekedar menghidangkan kopi untuk membasuh lelahmu. Sebentar saja dia betah di sofa empuk itu. Dia pun berlalu masih dengan kaki yang masih terbalut kaos kaki hitam yang tak kentara kotornya, masih dengan kemeja bergaris yang baru tadi pagi aku sempat menyeterika.
Buyar sudah konsentrasiku. Kuyakinkan pada diriku sendiri bahwa tidak ada gangguan untuk melanjutkan kerjaku, suamiku tidak pula tampak marah ketika rumah masih sama berantakan persis ketika ia berangkat kerja pagi tadi, bahkan sekedar secangkir kopi pun tak terasaji untuk menghapus dahaganya. Aku yakinkan pada diriku sendiri bahwa semua masih bisa dilanjutkan, tidak ada masalah. Namun sepertinya, dibalik diriku merasa tidak setuju dengan tindakanku. Selama ini, aku benar-benar belum terbiasa menjadi istri yang selalu bisa melayani suami. Cara hidupku yang masih dalam lingkaran sesat egois sepertinya masih terus mengiri langkahku hingga kepernikahanku. Namun sudah cukup banyak hal yang aku pelajari untuk bisa mengerti dan mau melayani, dan selama itu aku merasa ada kemajuan meski itu hanya selangkah bahkan setengah langkah setiap rangkaian waktu.
Seiring dengan gemulat didalam batinku. Terdengar suara sendok bertaut dengan gelas berisi air. Terdengar tanpa irama bahkan seolah hanya asal-asal saja. Sepertinya tangan laki-laki memang tidak punya keindahan sama sekali untuk urusan menciptakan seni terkait dengan perabot dapur. Aku mendesah panjang. Kuurungkan rencana sebelumnya untuk beranjak. Menanti hal apalagi yang akan kudengar bahkan akan kulihat terkait dengan upaya suamiku menjalani apa yang ia yakini, apa yang ia cintai dan apa-apa yang menurutnya atas nama cinta sejati.
Aku memilih berdiam diri. selayaknya patung. Layar laptop pun akhirnya menghitam, menutup screen saver yang semula mewarnai layar. Mouse berkedip dengan cahayanya. Kubiarkan saja. Aku sudah memilih cara untuk semua itu adalah dengan diam dan melihat apa yang akan kulihat dan mendengar apa yang akan dengar nanti.
Seberapa jauh rasa sabar suamiku. Tergelitik rasa ingin tahuku, meski sebenarnya tujuh bulan menikah aku belum tahu sepunuhnya tentang suamiku secara mendalam.
Terdengar suara gorden pintu menuju ruang tengah tersibak tangan. Lagi-lagi suaranya terdengar kasar dan tidak ada irama seni sama sekali untuk membukanya. Sesosok tubuh melintas dan tak jauh dari tempat dudukku dibelakang meja sosok itu menghempaskan tubuhnya diatas sofa yang sebelumnya aku kirim mandat untuk memanjakan dirinya barang sesaat. Uap panas secangkir kopi mengepul, aroma kopi tercium begitu sedapnya. Aku tergoda. Suamiku tampak perlahan meletakna secangkir kopi diatas cawan itu dengan pelan. Terdengar suara tautan kaca meja dengan alas cawan yang terbuat dari keramik. Rupanya untuk urusan bahaya, tangan itu bisa sedikit pelan untuk menghindari resiko. Aku sepertinya mengerti tabiat laki-laki. Bahwa untuk urusan terkait bahaya laki-laki adalah jagoanya, mereka punya bakat untuk memperkecil resiko dengan akal mereka yang memang liar.
Terdengar seruput kopi yang disesap oleh mulutnya. Aku mencuri padang lewat ekor mataku. Kakinya kali itu sudah tidak terbungkus kaos kaki. Beberapa kancing bagian atas kemejanya sudah terbuka dan bawahnya tak lagi tampak rapi.
"Masih sibuk tho dik?"
Ia kembali bertanya dengan suara yang terdengar ringan. Tidak ada tanda-tanda rasa kesal karena harus membuat kopi sendiri, melihat rumah yang masih terlihat berantakan, terlebih melihat diriku yang dandananya tak jauh berbeda dari tadi pagi saat aku sempat mengantarnya pergi ke kantor sampai depan pintu.
Aku hanya mengangguk. Dan kembali bersikap pura-pura konsentrasi pada layar laptop untuk meneruskan kembali naskahku yang sejak tadi turut diam mendengarkan.
Sepertinya aku sudah lama tidak minum jamu temulawak,brotowali dan sejenis jamu pahit lainya. Tapi sore itu simpul ingatanku sepertinya teringat kembali akan bagaimana rasa pahitnya di bibirku. Rasa pahit menghampirku tatkala bertubi masalah hingga begitu saja dalam diriku. Bak semut mereka mengerubungiku yang dianggapnya gula manis. Pagi tadi selain terlambat bangun karena tidur setelah subuh, aku harus mendapati surat dari suamiku yang kuartikan sebagai suatu sindiran. Begini bunyinya.
Sayang, mas berangkat kerja dulu ya. Tolong jaga rumah baik-baik. Jangan lupa beli kopi, udah habis tuh. Love U seperti kau mencintaiku yang tertuang dalam kopi manis buatanmu.
Selain surat sindirian itu, aku harus merasakan pahit dengan mendapati suatu potongan gambar secangkir kopi yang terlihat mengepulan uap panasnya. Aku temukan potongan gambar itu di saku kemeja suamiku yang tergantung di kamar mandi. Aku merasa geram. Bagiku semua itu tak layaknya diriku ini dianggap seperti pelayan cafe yang selalu menyuguhkan kopi nikmat. Kalau memang inginya rumah tangga seperti itu, kenapa tidak kawin saja dengan pelayan cafe atau koki minuman. Aku dongkol. Karena alasan itulah aku merasakan pahit dalam sehariku hingga sore hari tiba. Sengaja aku tak membelikan kopi yang memang telah habis. Aku lagi-lagi memilih asyik duduk dihadapan laptop, meneruskan kembali naskahku yang entah kapan akan berujung atau paling tidak pantas memiliki ujung cerita. Terdengar suara kendaraan suamiku yang dipakir di jalan depan rumah. Suara sepatu yang saling taut dengan lantai keramik. Pintu terbuka. Aku sengaja tidak menyambutnya, meski sekedar mengalihkan pandangan. Aku mulai menekan stopwatch untuk menghitung waktu. Aku dengar desah panjan suamiku. Aku sepertinya yakin ia tengah mengamatiku. Sepertinya waktu pertengkaran sebentar lagi. Aku mencoba siapkan amunisi dengan membasahi tenggorakan.
"Kau benar-benar tengah sibuk dik?" Ia bertanya seraya menghampiriku, tanganya mengusap rambutku yang sengaja ku biarkan berantakan.
"Seperti yang kau lihat" jawabku ketus.
Suamiku mendesah. Sepertinya ia tahu cara terbaik untuk menghindari pertengkaran. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa. Kemudian membuka beberapa kancing kemeja. Tiada suara selain bunyi keyboard yang memang aku awur menekanya.
Waktu sudah dua menit semenjak kedatanganya. Tidak ada tanda-tanda kemarahanya. Ia pun kemudian beranjak menuju dapur. Dan aku tahu apa yang akan dibuatnya. Kopi.
Ku lihat lekat-lekat stopwatch HP yang kunyalakan. Terdengar suara sendok bertaut. Kemudian terdengar suara gelas. Suara air yang dituangkan ke dalam gelas. Aku menghitung waktu dalam stopwatch.Aku menduga banyak hal. Suara bantingan atau semacamnya untuk meluapkan rasa malah. Sepi. Beberapa saat kemudian hanya wuara gorden disibak. Masih dengan nada yang terdengar kasar. Sesosok laki-laki melintas lewat samping duduku. Tanganya seperti tengah membawa sesuatu. Aku lebih beranikn mencuri pandang dengan ekor mataku. Aku terhenyak ketika mengetahui suamiku tengah membawa segelas air putih yang dengan irama kasarnya meletakan di atas meja. Betulkan jika sesuatu yang beresiko kecil, suamiku bisa meletakan gelas itu dengan irama seenakanya. Gaya lelaki.
Aku melihat dirinya. Tatapan mata kami saling bertemu. Pahit dalam bibirku lumer, ketika dengan sengaja melihat senyumnya yang begitu manis. Padahal gula masih dalam toples, padahal air putih itu murni tanpa gula. Aku menangis, kemudian memeluk suamiku yang menyambut dengan penuh kelembutan. Untuk waktu itu aku simpulkan bahwa aku sepertinya tidak perlu memikirkan harga gula yang akan terus naik.



Untuk Suamiku...Inspirasi besar dalam cerita ini

10 Februari 2011

Sabtu, 05 Februari 2011

Foto para Demonstran Mesir yang unik dan lucu

apapun bisa mereka gunakan untuk melindungi kelapa..eh kepala mereka dari hujan batu atau benda lainya...

Terlihat gila memang, tapi mau bagaimana lagi


Terlihat senyum bahagia dan semangat yang berapi-api dalam kondisi genting dan terancam saat demo...cekk.cekk





 Semua itu terjadi di demo mesir dalam penuntutan turunya presiden hOSNI mUBARAK....Segeralah turun sajalah pak presiden.....jangan pura-pura gak tahu keadaan rakya atau gak mau tahu....

Nih 100 pengetahuan hidup yang bisa membuat hidup makin hidup

100 pengetahuan hidup yang mendasar wajib diketahui dan dilakukan
1. Buatlah rasa bahagia menjadi sebuah prioritas.
2. Travel; lihatlah tempat-tempat di dunia sebanyak yang anda bisa.
3. Belajarlah bermain musik.
4. Hiduplah sederhana atau tidak melebihi kemampuan keuangan anda.
5. Maafkan diri anda sendiri. Maafkan orang lain. Demi kepentingan anda sendiri.
6. Belajarlah berenang.
7. Jangan menunda keceriaan.
8. Ambillah tanggung jawab terhadap hidup anda.
9. Ingatlah kata-kata Henry Ford : ”Apakah agan berpikir bisa atau anda berpikir anda tidak bisa, anda benar.” – maksudnya bisa dan tidak bisa ada di tangan anda sendiri.
10. Tetapkan target yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Attainable, Realistic and Timely)
11. Buatlah target yang kecil untuk jangka pendek dan target yang besar untuk jangka panjang.
12. Bayarlah keperluan agan pribadi pertama-tama, kemudian menabunglah minimal 10% dari penghasilan anda.
13. Ingatlah bahwa selalu ada 2 sisi untuk setiap peristiwa.
14. Sisihkan 5% dari penghasilan anda pada yang kurang beruntung.
15. Jangan melakukan pinjaman/hutang yang buruk
16. Buatlah definisi agan sendiri tentang kesuksesan
17. Jauhkan diri anda dari rokok, minuman beralkohol dan obat-obatan.
18. Ada istilah dalam bahasa Inggris : 4 R – Reduce, Reuse, Recycle, Recover.
19. Ikuti aturan emas : perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan.
20. Berolah raga secara teratur.
21. Konsumsi makanan-makanan yang sehat
22. Belajarlah cara-cara melakukan pertolongan pertama.
23. Kuasai minimal 1 bahasa asing.
24. Jadilah ahli / expert untuk suatu hal.
25. Tulislah sebuah buku, atau minimal artikel.
26. Perlakukan dengan baik anak-anak maupun binatang.
27. Kenalilah sejarah dasar dan geografi – dalam hal ini Indonesia.
28. Bangunlah kecerdasan emosi agan.
29. Taruhlah kotak pertolongan pertama, baik di rumah maupun mobil agan.
30. Periksakan kesehatan badan anda secara teratur.
31. Belajarlah menerima pujian.
32. Belajarlah menerima kritikan.
33. Jadilah diri anda sendiri.
34. Jangan mengambil tindakan ketika agan emosi / marah.
35. Pilihlah pasangan hidup anda dengan hati-hati; kebahagiaan hidup agan kelak banyak berasal dari keputusan anda yang satu ini.
36. Kekhawatiran adalah hal yang membuang-buang waktu.
37. Jangan mengendarai kendaraan ketika anda sedang mabuk.
38. Jangan pernah menyerah.
39. Minumlah banyak air putih.
40. Belajarlah sesuatu hal yang baru setiap hari.
41. Teruslah merasa bersyukur atas hal-hal yang agan terima.
42. Jangan bergosip.
43. Belarlah mengenai manajemen waktu sebaik-baiknya
44. Ikuti naluri agan.
45. Akuilah terhadap orang –orang yang membantu agan.
46. Temukan mentor.
47. Bacalah buku setiap hari.
48. Antusias juga terhadap kesuksesan orang lain sebagaimana agan merasakan kesuksesan agan sendiri.
49. Jangan menunda.
50. Buatlah daftar/list hal-hal yang harus anda lakukan.
51. Banyaklah tersenyum, juga tertawa.
52. Akuilah kesalahan agan.
53. Tetaplah mendapat informasi, apakah dengan membaca koran atau melihat berita di tv (informasi dan berita yang positif lho gan)
54. Meditasi. Aturlah waktu untuk menyendiri dan hening setiap hari.
55. Rapi dan teraturlah dengan hidup agan.
56. Jangan membeli barang karena barang tersebut sedang sale, padahal agan tidak terlalu membutuhkannya
57. Hargai teman-teman dan keluarga agan.
58. Pujilah orang lain jika ada kesempatan.
59. Jangan membawa diri agan terlalu serius.
60. Jika mengalami saat-saat yang sulit, ingatlah pesan “badai pasti berlalu”.
61. Jika sesuatu tidak berjalan dengan baik, ingatlah bahwa beberapa hal terlihat buruk pada saat pertama kali.
62. Ingatlah selalu bahwa kesalahan adalah batu loncatan untuk sukses. Jadi jangan takut untuk gagal.
63. Milikilah rencana.
64. Pilihlah teman-teman agan dengan bijak: 80% pengalaman hidup agan – entah itu baik atau buruk – datang dari orang-orang yang sering bersama agan.
65. Jadilah luar biasa.
66. Bertekunlah.
67. Ketahuilah kapan agan harus memotong kerugian agan(cut your losses).
68. Lakukan pekerjaan agan dengan sebaik-baiknya.
69. Ingatlah bahwa hidup bukanlah sebuah gladi.
70. Jika agan tidak mengetahui jawabannya, katakanlah demikian; kemudian agan pergi dan cari jawabannya.
71. Ingatlah bahwa satu-satunya hal konstan di dunia ini adalah perubahan.
72. Mintalah apa yang agan inginkan.
73. Buatlah nilai tambah untuk orang lain.
74. Terapkan leverage. Leverage dapat diartikan menghasilkan lebih banyak dengan sumber daya yang tetap atau lebih sedikit.
75. Bangunlah banyak sumber penghasilan, jangan mengandalkan 1 penghasilan saja.

76. Jadilah bos untuk agan sendiri : mulailah miliki bisnis pribadi.
77. Jangan tidak menepati janji, entah itu pada orang lain maupun pada diri sendiri.
78. Ujilah keyakinan agan dan tanyalah pada diri agan sendiri apakah yang agan yakini tersebut telah berjalan dengan semestinya (Maksudnya bukan keyakinan terhadap Sang Pencipta, namun misalkan keyakinan terhadap pekerjaan agan, teman wanita/pria agan, dll.).
79. Rasakan ketakutan yang agan hadapi, namun tetap lakukan hal tersebut.
80. Jangan khawatir terhadap apa yang orang-orang pikirkan terhadap agan.
81. Dengarkanlah nasihat orang lain, namun tetap buat keputusan di tangan agan sendiri.
82. Rubahlah sesuatu yang bisa agan rubah dan terimalah sesuatu yang tidak bisa agan rubah.
83. Bangunlah kreativas anda.
84. Latihlah kemampuan anda untuk lebih banyak mendengarkan.
85. Putuskan apa yang anda inginkan.
86. Fokuslah pada hal yang anda inginkan dibanding memikirkan hal-hal yang tidak agan inginkan.
87. Mulailah segera; setiap perjalanan selalu dimulai dengan langkah pertama.
88. Bersenang-senanglah.
89. Setiap kali agan jatuh, bangkitlah kembali. Orang sukses hanya bangkit 1 kali lebih banyak dari orang gagal.
90. Kejarlah mutu/keunggulan, bukan menjadi perfectionist.
91. Belajarlah untuk hidup di masa sekarang, bukan di masa lalu atau masa depan.
92. Pro aktif.
93. Pilihlah ‘perang’ anda dengan bijak.
94. Jangan berdebat soal keterbatasan .
95. Belajarlah melihat hal-hal luar biasa pada hal-hal yang biasa.
96. Coba dengarkan nasihat dari Eleanor Roosevelt : ”Tidak ada orang yang dapat memandang rendah anda tanpa seizin anda.”
97. Temukan pekerjaan yang kamu cintai.
98. Ingatlah pepatah: ”agan menangkap lebih banyak lalat dengan madu.”
99. Miliki pengetahuan tentang keuangan.
100. Isilah hidup anda dengan cinta.